Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Akhir Tahun Semakin Dekat, Penerimaan Pajak Masih Jauh dari Target

Akhir Tahun Semakin Dekat, Penerimaan Pajak Masih Jauh dari Target Kredit Foto: Dok. Bea Cukai
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penerimaan pajak masih mengalami tekanan di masa pandemi Covid-19. Hingga 31 Oktober 2020, penerimaan pajak baru terealisasi sebesar Rp826,94 triliun atau 68,98% dari target akhir tahun sebanyak  Rp1.198,82 triliun.

Realisasi penerimaan pajak periode Januari–Oktober 2020 ini juga terkontraksi sebesar 18,8% (yoy) dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya.

"Meskipun kondisinya sulit, kita masih akan tetap menjaga penerimaan pajak. Beberapa jenis pajak mengalami tekananan karena adanya pemanfaatan insentif pajak yang diberikan kepada seluruh perekonomian, baik itu pajak untuk karyawan maupun jenis pajak lainnya," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (23/11/2020).

Baca Juga: Konsensus Global Urai Polemik Pengejaran PPh Perusahaan Digital

Kinerja penerimaan PPh non-migas sampai Oktober 2020 telah terkumpul sebesar Rp450,67 triliun, atau 70,58% dari target dan berkontribusi sebesar 54,50% dari total penerimaan pajak.

Sri Mulyani mengatakan penerimaan PPh non-migas pada Oktober sendiri melanjutkan tren membaik, yakni sebesar Rp32,51 triliunn atau tumbuh 1,85% (mtm) dibandingkan penerimaan September yang sebesar Rp31,92 triliun.

Sementara pajak PPN dan PPnBM terkumpul Rp38,65 triliun atau tumbuh 10,58% (mtm) dibandingkan penerimaan September. Sampai dengan Oktober, penerimaan PPN dan PPnBM mencapai Rp328,98 triliun, atau 64,82 persen dari target, dengan kontribusi 39,78 persen dari total penerimaan pajak.

Kinerja penerimaan PPh migas pun membaik, dengan penerimaan sampai dengan Oktober sebesar Rp26,37 triliun, atau 82,77 persen dari target Rp31,86 triliun. Ia mengatakan, membaiknya kinerja ini didorong mulai pulihnya harga minyak.

"Di mana harga minyak Indonesia (ICP) beberapa bulan terakhir telah berada di kisaran 40-an USD per barel, dua kali lipat dari titik terendahnya pada April 2020 yakni sebesar US$20,66 per barel," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: