Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Darurat! Sektor Tekstil Indonesia Harus Segera Direvitalisasi

Darurat! Sektor Tekstil Indonesia Harus Segera Direvitalisasi Kredit Foto: Dok. Panpel Wabinar

Alma Karma selaku Direktur Pengembangan Promosi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan bahwa dari BKPM mencatat target investasi 2020 yang telah ditentukan sebesar Rp. 817,2 Triliun, sudah tercapai sebesar 78% di bulan Januari – September yaitu sebesar Rp. 611,6 Triliun. “Selain itu, dikarenakan karena adanya pandemi ini, kami telah melakukan beberapa strategi seperti memfasilitasi perusahaan yang beroperasi, memfasilitasi perusahaan yang potensial namun belum beroperasi, mendatangkan investasi baru, serta memberikan insentif untuk perusahaan yang telah beroperasi yang akan memperluas investasi.” 

Hal ini ditimpali oleh Ravi Shankar selaku President Director Asia Pacific Fibers dan Chairman of APSyFi yang mengatakan bahwa “Saat ini, pertumbuhan industri TPT memberikan kontribusi sebesar 3% terhadap PDB Indonesia. Dengan angka ekspor sebesar US$ 12 miliar dan impor sebesar US$ 9.4 milyar. Kita dapat melihat bahwa sebagian besar negara pesaing kita seperti India dan China memiliki neraca perdagangan yang lebih baik dari Indonesia. Indonesia telah mencerminkan penurunan, saat ini impor telah meningkat dan ekspor memiliki tingkat pertumbuhan yang stagnan. Kita telah melihat peluang revitalisasi. Ada tiga pendorong utama yaitu substitusi impor, mendorong ekspor, dan optimalisasi pasar domestik. Itu merupakan potensi yang kita miliki agar bisa mendorong kebijakan untuk lebih kompetitif.” Ujar Ravi Shankar.

Ravi menambahkan, Ia sangat mendukung atas dorongan BKPM terhadap investasi. “Kami pikir itu merupakan penyelarasan ekspor yang baik. US$30 milyar adalah target ekspor yang mudah jika kita dapat berintegrasi. Selain itu, hal ini dapat memberi insentif untuk penggunaan bahan baku lokal, memperbanyak kompetisi dan kita bisa mendapatkan lebih banyak ekspor, sehingga pertumbuhan ekspor juga bisa menjadi pendorong. Disamping itu adalah konsumsi dalam negeri. Kita berbicara tentang seberapa besar pasar lokal yang kita miliki. Tentunya, jika kita dapat menikmati produk dalam negeri, industri dalam negeri sendiri akan menjadi industri dengan pertumbuhan yang tinggi,” kata Ravi.

Jemmy Kartiwa, Chairman Indonesian Textiles Associaton (API) juga melihat bahwa untuk mereformasi kebijakan industri dalam negeri, perlu menyangkut biaya produksi dan meningkatkan daya saing di pasar. Industri tekstil Indonesia memiliki kebutuhan yang mendesak untuk memangkas biaya produksi agar dapat bersaing di pasar, terutama saat turunnya daya beli masyarakat yang lebih rendah akibat Covid-19. 

“Dalam beberapa tahun terakhir kita dapat melihat kurangnya kebijakan yang mengatur dan mengontrol komoditas utama dan fakta bahwa internet menguasai pasar domestik Indonesia, memungkinkan besarnya kepentingan dengan sisi lain yang terkait dengan harga standar atau komoditas utama yang tidak hanya diimpor dalam jumlah besar, komoditas utama juga dijual secara lokal dengan harga yang sangat rendah dan lebih rendah lagi," Ujar Jemmy Kartiwa.

Didik J. Rachbini, Senior Economist Institute for Development of Economics and Finance mengatakan bahwa Indonesia memiliki setengah dari ekonomi Asia, tetapi kinerja ekspor Indonesia masih menjadi nomor lima di bawah Vietnam, Bangladesh, India dan Turki. Secara global,  angka ekspor mencapai US$650 milyar dan di di 2019, ekspor indonesia hanya mencapai US$ 12,9 milyar. Untuk tahun ini, saya memprediksikan di angka US$ 10 milyar – US$ 11 milyar, memang terlihat adanya penurunan. Akan tetapi, komoditas internasional akan terus membidik Indonesia karena kita memiliki pasar domestik yang cukup besar. “Ini adalah cerminan dari kebijakan di Indonesia. Jadi pesan saya adalah Indonesia harus sedikit lebih banyak mencari dan harus meningkatkan kekuatan dalam pemasaran internasional tahun depan,” Ujar Didik J. Rachbini.

Indonesia Economic Forum adalah platform multi-stakeholder yang mempertemukan semua pihak. Indonesia Economic Forum memiliki visi untuk mempromosikan kemajuan ekonomi dan sosial Indonesia dengan mengidentifikasi tren dan peluang. Sejak didirikan pada tahun 2014, setiap tahun Indonesia Economic Forum telah melibatkan pemerintah Indonesia, masyarakat sipil, komunitas bisnis, akademisi dan organisasi pemuda dalam forum tahunan. 

Tahun ini, Forum Indonesia Economic Forum menjadi forum virtual terbesar di Indonesia, dan dihadiri oleh 1.000 peserta dari Amerika Serikat, Australia, India, Singapura, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Melalui platform digital, Indonesia Economic Forum telah menjangkau lebih dari 3.000 pemimpin eksekutif dan bisnis senior serta lebih dari satu juta pengikut di Indonesia.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: