Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintah Harus Lindungi Anak-Anak: Jangan Hilang Satu Generasi karena Covid-19!

Pemerintah Harus Lindungi Anak-Anak: Jangan Hilang Satu Generasi karena Covid-19! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Isu mengenai risiko yang dihadapi anak-anak di tengah pandemi Covid-19 menjadi perhatian Indonesia Joining Forces (IJF). Enam organisasi kemanusiaan yang berfokus pada hak anak, terdiri dari ChildFund International di Indonesia, Yayasan Plan International Indonesia, SOS Children’s Villages Indonesia, Save the Children di Indonesia, Terre des hommes Jerman (dengan organisasi afiliasinya di Indonesia–Yayasan PKPA), dan Wahana Visi Indonesia, bergabung dalam Indonesia Joining Force to End Violence Against Children (IJF to EVAC).

Koalisi Joining Forces bersama badan anak PBB, Unicef, kembali mengingatkan para pemimpin dunia di United Nations General Assembly Special Session (UN-GA SS) atau sesi khusus dalam Sidang Umum PBB pada tanggal 2-3 Desember 2020 untuk memprioritaskan pemenuhan hak anak dan perlindungan anak yang berisiko mengalami kemunduran akibat pandemik Covid-19.

Baca Juga: Dengar Pesan Pakar Ya Parents, Jangan Lelah Ajak Anak Patuhi Prokes Covid-19

Hasil penelitian organisasi-organisasi dalam IJF menemukan risiko akibat Covid-19, antara lain: fasilitas kesehatan tutup atau kewalahan, membuat akses makin sulit; anak-anak tidak belajar; anak menjadi korban kekerasan emosional dan fisik; eksploitasi ekonomi dan seksual anak; perkawinan anak; kekerasan daring; penelantaran anak, terpisahnya anak dari orang tua atau pengasuh atau keluarga; mengalami isolasi dan perubahan hidup yang dapat menurunkan tingkat kesehatan mental.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, sudah menyebutkan tiga hal yang berdampak pada anak: terinfeksi Covid-19, dampak sosio-ekonomi dari langkah-langkah penghentian wabah, serta mundurnya implementasi dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals 2030. Secara khusus, Guterres menekankan akan potensi makin terpuruknya anak-anak di jurang kemiskinan.

Kemiskinan parah (extreme poverty) meningkat dari 84 juta menjadi 132 juta yang setengahnya adalah anak-anak; krisis pendidikan memburuk seperti proses belajar (188 negara menutup sekolah dan memengaruhi 1,5 miliar anak di 188 negara; ancaman keberlangsungan hidup dan kesehatan anak serta keselamatan anak yang makin luas menghadapi berbagai ancaman (368,6 juta anak di 143 negara harus mencari sumber gizi harian di tempat lain yang biasanya mereka peroleh dari sekolah).

Selina Patta Sumbung, Ketua koalisi IJF to EVAC di Indonesia, menegaskan bahwa menghadapi ancaman potensi kehilangan satu generasi harus dilakukan bersama-sama. Saat bersamaan, berusaha keras untuk mencegah segala bentuk kekerasan terhadap anak baik itu kekerasan dalam rumah tangga, penelantaran, penyiksaan, eksploitasi seksual secara daring dan luring, dan perundungan di dunia maya.

"Sesi Khusus dalam Sidang Umum PBB ini menjadi ajang untuk kembali mengingatkan komitmen dari Sekjen PBB agar semua pemerintahan dunia bekerja keras guna memenuhi hak-hak anak yang terancam akibat Covid-19 ini," kata Selina dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (6/12/2020).

Indonesia Joining Force to End Violence Against Children (IJF to EVAC) menyerukan kepada Pemerintah Indonesia untuk menegaskan kembali posisinya sebaga negara pathfinder dalam UN-GA SS tersebut dengan menyatakan komitmennya untuk pemenuhan hak anak dalam kebijakan penanganan Covid-19 dan perlindungan terhadap anak-anak Indonesia dari segala bentuk kekerasan baik selama belajar dari rumah maupun tatap muka di sekolah.

Ini termasuk memastikan tersedia vaksin yang aman dan memadai bagi anak-anak dan proses kegiatan belajar-mengajar yang mengutamakan kepentingan terbaik untuk anak.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: