Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Deru Industri Senjata Masih Terdengar Selama Pandemi Corona, Kenapa Bisa?

Deru Industri Senjata Masih Terdengar Selama Pandemi Corona, Kenapa Bisa? Kredit Foto: Reuters/Peter Nicholls
Warta Ekonomi, Washington -

Perusahaan senjata Amerika Serikat (AS) dan Cina mendominasi pasar senjata global, menurut laporan terbaru Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) yang dirilis hari Senin (7/12/2020).

AS tahun lalu menguasai 61 persen pangsa pasar senajata, sementara Cina 15,7 persen. Total omset 25 perusahaan teratas (Top 25) dalam bisnis senjata meningkat 8,5 persen dibanding tahun sebelumnya, menjadi USD 361 miliar (Rp 5,102 triliun).

Baca Juga: Awas, Penjualan Senjata Militer China Ternyata Melonjak Tajam karena...

SIPRI mengatakan, omset Top 25 tahun 2019, 50 kali lipat lebih besar daripada anggaran tahunan misi perdamaian PBB. Di peringkat 10 besar penjual senjata ada enam perusahaan AS dan tiga perusahaan Cina. Satu-satunya perusahaan Eropa yang masuk 10 besar adalah perusahaan Inggris BAE Systems, yang menduduki peringkat ketujuh.

"China dan Amerika Serikat adalah dua negara dengan pangsa terbesar dalam perdagangan senjata global," kata Lucie Beraud-Sudreau, direktur program belanja senjata dan militer SIPRI.

Amerika Serikat memang telah mendominasi pasar senjata selama beberapa dekade, namun Cina termasuk pendatang baru.

"Peningkatan (Cina) ini sesuai dengan implementasi reformasi untuk modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat yang sedang berlangsung sejak 2015," kata Lucie Beraud Sudreau.

Industri senjata Eropa lebih internasional

Perusahaan AS Lockheed Martin, Boeing, Northrop Grumman, Raytheon dan General Dynamics berada di peringkat lima tempat teratas, sementara AVIC, CETC dan Norinco Cina menempati posisi enam, delapan dan sembilan.

Perusahaan senjata Inggris BAE Systems menempati peringkat tujuh dan menjadi satu-satunya perusahaan Eropa yang masuk 10 besar.

"Tetapi jika Anda menggabungkan perusahaan-perusahaan Eropa bersama-sama, Anda dapat memiliki perusahaan Eropa dengan ukuran yang sama" seperti pabrikan AS dan Cina, jelas Lucie Beraud-Sudreau.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: