Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dari Sekian Banyak Komoditas, Hanya Minyak Sawit yang Miliki Sertifikat Berkelanjutan

Dari Sekian Banyak Komoditas, Hanya Minyak Sawit yang Miliki Sertifikat Berkelanjutan Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak tahun 2006, industri perkebunan kelapa sawit dunia memiliki tata kelola dan sertifikasi berkelanjutan yang diprakarsai oleh lembaga Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO). Sebagai raja minyak sawit dunia, Indonesia telah membuktikan komitmen keberlanjutan tersebut melalui implementasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) sejak tahun 2011.

Data RSPO mencatat, selama periode Januari–Desember 2019, Indonesia dan Malaysia tetap menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar dengan 81 persen dari total area bersertifikat RSPO.

Baca Juga: Kinerja Minyak Inti Sawit Terbukti Mampu Lawan Covid-19

Dalam laporan PASPI Monitor dituliskan, "pencapaian sertifikasi berkelanjutan yang relatif besar dalam waktu singkat telah menunjukkan besarnya komitmen pelaku usaha industri minyak sawit dalam mengelola kebun sawit secara berkelanjutan". Tidak hanya itu, hingga 2019, tercatat sebanyak 621 sertifikat ISPO telah diterbitkan untuk perusahaan perkebunan dan petani sawit di Indonesia.

Meskipun masih banyak kekurangan yang tengah dibenahi, sertifikasi berkelanjutan kebun sawit Indonesia masih jauh lebih baik daripada ribuan komoditas, barang, dan jasa yang hingga saat ini belum memiliki tata kelola dan sertifikasi berkelanjutan.

"Bahkan, sertifikasi minyak berkelanjutan ISPO juga masih jauh lebih baik daripada seluruh komoditas, barang, dan jasa yang dihasilkan Uni Eropa, Amerika Serikat, dan lainya, yang tidak memiliki tata kelola dan sertifikasi berkelanjutan," seperti dilansir dari laporan PASPI Monitor.

Sebagai minyak nabati yang paling spesial dan potensial, minyak sawit didiskreditkan oleh pihak antisawit. Buktinya, hanya minyak sawit yang dituntut memiliki sertifikasi berkelanjutan. Sementara, jutaan komoditas dan produk jasa yang dikonsumsi masyarakat dunia setiap harinya justru belum dituntut memiliki sertifikasi berkelanjutan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: