Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Curigai Militer hingga Mahasiswa, NATO-AS Kompak Pindai Ancaman China

Curigai Militer hingga Mahasiswa, NATO-AS Kompak Pindai Ancaman China Kredit Foto: Reuters/Yves Herman
Warta Ekonomi, Washington -

Seperti halnya Amerika Serikat (AS), Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga mencap China sebagai ancaman keamanan global.

Pandangan NATO ini disampaikan Utusan AS untuk NATO, Kay Bailey Hutchison, di hadapan peserta audiensi virtual yang diselenggarakan lembaga kajian Inggris, International Institute for Strategic Studies, Rabu (9/12/2020).

Baca Juga: Wow! China Punya Alat Kontrol Cuaca, Cek Faktanya di Sini!

Hutchison menyoroti upaya militer China yang kini makin diperkuat, pencurian kekayaan intelektual yang terus-menerus, dan upaya-upaya China dalam membungkam perbedaan pendapat di Hong Kong.

“Kita terlambat menilai China sebagai risiko. Sekarang sedikit lebih jelas,” katanya, dikutip South China Morning Post, kemarin.

Hutchison menambahkan, dunia internasional telah mencoba memberi China kesempatan berpartisipasi dalam tatanan dunia yang teratur. Sayangnya, China justru bersikap tidak adil. Komentar Hutchison ini sejalan dengan pernyataan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, Senin lalu (7/12/2020). Dalam sebuah acara yang diadakan Politico, Stoltenberg mengatakan, kebangkitan China benar-benar mengubah lingkungan keamanan.

“Skala kekuatan China dan jangkauan global menimbulkan tantangan akut bagi masyarakat terbuka dan demokratis, terutama karena negara itu menuju otoritarianisme yang lebih besar dan perluasan ambisi teritorialnya,” ungkap NATO.

Sebelumnya, Pemerintahan Presiden Donald Trump telah sejak lama berusaha meyakinkan negara sekutunya untuk lebih memperhatikan gerak-gerik China yang dianggap mengancam. Bahkan dalam RUU anggaran pertahanan tahunan yang disahkan Selasa lalu (8/12), AS mempertimbangkan kembali apakah akan mengirim senjata atau pasukan ke negara-negara sekutu di luar negeri, jika negara-negara tersebut juga menggunakan teknologi komunikasi 5G China.

Beberapa waktu lalu, AS juga melarang suntikan investasi ke ratusan perusahaan China yang diduga memiliki afiliasi dengan militer China. Stoltenberg menambahkan, China mampu berinvestasi besar-besaran dalam militernya hingga mengalami kemajuan pesat.

Bahkan, Negara Tirai Bambu itu disebut sudah melakukan eksplorasi ke luar angkasa demi mendapat keunggulan taktis militer melawan NATO. Saking menakutkannya, Stolenberg melanjutkan, saat ini NATO tak boleh memancing kemarahan China.

“China bukan musuh kami. Kebangkitannya menghadirkan peluang penting bagi ekonomi dan perdagangan negara anggota NATO. Kami perlu terlibat dengan China dalam masalah seperti pengendalian senjata dan perubahan iklim,” tambahnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: