Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fintech Jack Ma Dijegal, China Banyak Belajar dari Raksasa Amerika

Fintech Jack Ma Dijegal, China Banyak Belajar dari Raksasa Amerika Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Miliarder Jack Ma, melalu perusahaannya Ant Group telah dijegal untuk meraksasa. Sebagaimana diketahui, IPO perusahaannya Ant Financial, fintech milik Jack Ma telah dihentikan. Hal ini karena pemerintah China dinilai tak ingin perusahaan teknologi di negaranya menjadi sangat meraksasa seperti di Amerika Serikat (AS).

Beberapa waktu lalu, Jack Ma bahkan mengkritik terang-terangan regulasi keuangan China hingga membuat pemerintah China bertindak. Alhasil, berbagai regulasi baru pun diterapkan, bahkan China mengeluarkan mata uang digital yuan.

Dilansir dari Asia Times di Jakarta, Jumat (11/12/2020) China telah menyadari bahwa upaya memperlonggar regulasi dan membiarkan kompetisi tanpa banyaknya aturan akan membuat raksasa teknologi tersebut terlalu berkuasa hingga mendominasi. Mereka tak ingin terjebak seperti Amerika.

Baca Juga: Dijegal Xi Jinping, Ant Group Milik Jack Ma Bisa Tunda IPO hingga 2022

"25 tahun yang lalu, perusahaan teknologi Amerika mengambil risiko dan merusak model bisnis yang sudah ada. Saat ini, mereka adalah layanan publik yang baru, meraih pendapatan dari monopoli mereka dengan mengontrol pasar. China ingin menghindari jebakan Amerika," ujar pakar ekonomi David Goldman.

Seperti Apple di Amerika, Apple sangat kaya dengan uang tunai bahkan telah membeli kembali USD327 miliar sahamnya sejak tahun 2012. Itulah mengapa harga sahamnya naik 82% dalam enam tahun terakhir meskipun pendapatan operasinya hampir tidak berubah.

Lalu, Facebook, Google ataupun Amazon begitu menguasai pasar di AS. Bahkan, 70 persen dari semua pendapatan iklan digital, masuk ke Facebook dan Google, yang melumpuhkan media independen Amerika untuk mendapatkan pendapatan iklan.

Alhasil, kini Facebook dan Google telah digugat oleh regulator karena dianggap menyalahgunakan posisi dominan untuk menekan para kompetitor yang lebih kecil.

"Perusahaan teknologi China pun sudah sangat powerful. Alibaba dan JD.com menguasai 75% e-commerce. WeChat milik Tencent menangani 60% dari seluruh pembayaran di China," ucap Jean Dominique Seval, direktur Soon Consulting.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: