Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Calon Kepala Daerah Banyak yang KO di Pilkada, PKB Lemah di Kandang Sendiri

Calon Kepala Daerah Banyak yang KO di Pilkada, PKB Lemah di Kandang Sendiri Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terbukti payah pada Pilkada serentak 2020 di 19 kabupaten/kota di Jawa Timur. Bahkan, PKB tak mampu mempertahankan dominasi di beberapa daerah yang sejak lama menjadi basis partai yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama itu.

Berdasarkan data real count KPU Jawa Timur per Senin siang, 14 Desember 2020, dari 19 kabupaten/kota yang melaksanakan pilkada, PKB hanya mampu mengantarkan satu kadernya, Ahmad Mudhlor yang berpasangan dengan Subandi, di Pilkada Sidoarjo.

Di Kota Pasuruan, PKB berhasil mengantarkan Saifullah Yusuf alias Gus Ipul menjadi wali kota. Tapi ia kini tidak tercatat sebagai kader. Di Kabupaten Blitar, kader baru PKB, Rahmat Santoso, sementara ini unggul dan berpeluang menjadi wakil bupati. Di pilkada sana, ia berpasangan dengan Rini Syarifah.

Di sisi lain, PKB tak mampu mempertahankan dominasi di beberapa daerah yang semula jadi basis partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar itu, seperti di Kabupaten Sumenep, Gresik, Lamongan, dan Situbondo. Bahkan, di Sumenep, kepemimpinan daerah yang selama empat periode diisi kader PKB kini harus lepas dan diganti kader PDIP, Ahmad Fauzi.

Beda dengan PKB, partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri, PDIP, justru tampil perkasa. PDIP meraih kemenangan di 11 pilkada, bertambah dua dari pilkada lima tahun lalu yang menang di sembilan daerah. Bahkan, di beberapa daerah PDIP berhasil merebut kepemimpinan, seperti di Ponorogo, Gresik, dan Sumenep.

Direktur Surabaya Survey Center (SSC) Mochtar W Oetomo mengatakan, PKB dan PDIP selalu berdiri diametral dalam setiap pilkada di Jatim. Namun, berbeda dari pilkada-pilkada sebelumnya, PKB kali ini tidak seberuntung PDIP. Ada beberapa faktor kenapa itu terjadi. Di antaranya, beberapa partai besar lain, seperti Demokrat dan Gerindra, cenderung seirama dengan PDIP.

Hal itu, katanya, tak lepas dari konstelasi politik secara nasional.

"Dalam konteks ini Demokrat dan Gerindra serta PDIP di banyak tempat berhadapan dengan PKB. Maka secara geopolitik, posisi PKB di berbagai daerah yang sedang pilkda relatif kalah positioning," ujarnya kepada wartawan di Surabaya.

PKB, menurut Mochtar, juga banyak mengusung calon petahana. Menurutnya, hal itu kurang menguntungkan di masa pandemi. Selain itu, banyak tokoh penggerak PKB Jatim yang duduk di pemerintahan sehingga kurang fokus dalam pemenangan pilkada, seperti Abdul Halim Iskandar yang kini menjadi Menteri Desa PDT, Badrut Tamam sebagai Bupati Pamekasan, dan Thoriqul Haq yang kini menjabat Bupati Lumajang.

Pengamat politik dari Indo Publika Asep Irama menganalisis, loyonya PKB menunjukkan preferensi pemilih kian dinamis. Bisa jadi juga karena kaderisasi di internal PKB tidak jalan. Padahal, Jawa Timur merupakan kandang dari PKB.

"Persepsi bahwa PKB merupakan representasi atau saluran politik praktis nahdliyin mulai tidak berlaku," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: