Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan Merugikan, La Nina Justru Tingkatkan Produktivitas Sawit

Bukan Merugikan, La Nina Justru Tingkatkan Produktivitas Sawit Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat bergantung pada faktor cuaca yang berperan penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas produksi komoditas. Kendati demikian, adanya fenomena La Nina yang terjadi di Indonesia di penghujung tahun 2020 dan diprediksikan akan terus berlangsung hingga Maret 2021 menjadi hal yang patut diwaspadai di sektor pertanian.

Fenomena La Nina menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan secara signifikan yang berpotensi merusak tanaman dan memengaruhi produktivitas tanaman, seperti gangguan panen beras. Berbeda dengan komoditas pertanian lain, fenomena La Nina bagi perkebunan kelapa sawit justru berdampak positif terhadap produktivitas kelapa sawit.

Baca Juga: Potensi Pemanfaatan Pakan Ternak dari Biomassa Sawit

Hal tersebut juga terkonfirmasi sesuai dengan analisa Iput Pradiko selaku peneliti di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang menyebutkan bahwa curah hujan tahun 2020 lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 dan 2019. Bahkan, curah hujan pada sebagian zona melebih curah hujan baseline (1991-2010), di mana iklim yang demikian, favourable untuk kelapa sawit. Implikasi dari kondisi iklim tersebut akan berdampak pada peningkatan produktivitas sawit hingga 15 persen.

Tidak hanya itu, kenaikan produktivitas sawit juga salah satunya dipengaruhi oleh faktor umur tanaman sawit. Dalam hal ini, jika tanaman kelapa sawit berada pada usia produktif, akan berbanding lurus dengan tingginya tingkat kenaikan produktivitas. Dengan adanya dampak positif dari anomali iklim tersebut, PPKS juga menyarankan hal-hal apa saja yang dapat petani lakukan untuk memaksimalkan kenaikan produktivitas sawit.

Pertama, melakukan kultur teknis sebelum musim hujan yang sangat basah (lebih dari 300 mm per bulan), seperti penunasan sesuai dengan standar dan pemupukan serta melakukan perawatan pada tutupan lahan untuk mencegah erosi dan menerapkan early warning system untuk serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Kedua, mengoptimalkan air hujan dengan melakukan penampungan dan merevitalisasi saluran drainase pada area yang sering tergenang air agar menghindari banjir. Ketiga, aspek prasarana harus diperbaiki seperti jalan utama harus dalam kondisi baik dan tidak licin sehingga tidak mengganggu kegiatan panen. Keempat, harus ada penyesuaian rotasi panen karena peningkatan curah hujan juga bertepatan dengan musim panen.

"Namun, para pelaku perkebunan sawit baik perusahaan perkebunan maupun petani sawit harus waspada terhadap bencana banjir mungkin saja terjadi di areal perkebunan sawit akibat dari meningkatnya curah hujan. Bencana banjir di perkebunan sawit akan mengganggu aktivitas pemananenan dan pengumpulan TBS sehingga banyak buah sawit yang dibiarkan terlalu matang atau busuk di pohon. Kondisi ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan perkebunan atau petani sawit," seperti dilansir dari laporan PASPI Monitor.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: