Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mirip-mirip di Tanah Air, Masih Banyak Warga Eropa yang Ragukan Vaksinasi

Mirip-mirip di Tanah Air, Masih Banyak Warga Eropa yang Ragukan Vaksinasi Kredit Foto: Creative Commons
Warta Ekonomi, London -

Seperti di Tanah Air, keraguan terhadap keampuhan vaksin juga melanda warga Uni Eropa. Buntutnya, banyak warga yang ogah divaksin.

Uni Eropa mulai melakukan vaksinasi massal pada Minggu (27/12/2020). Demi kelancaran program tersebut, negara-negara di Eropa telah meneken kontrak dengan berbagai produsen obat termasuk Pfizer dan BioNTech, Moderna dan AstraZeneca, dengan total lebih dari 2 miliar dosis vaksin Covid-19. Bahkan negara-negara di Benua Biru itu juga telah menetapkan target untuk semua orang dewasa untuk divaksin tahun depan.

Baca Juga: Aduh, Filipina Pelan-pelan Injeksi Vaksin ke Menteri Duterte Tanpa Izin

Sayangnya, survei Reuters menemukan, warga Prancis hingga Polandia punya tingkat keraguan yang tinggi terhadap vaksin. Mereka beralasan, biasanya pengembangan vaksin membutuhkan waktu puluhan tahun, bukan sekadar hanya berbulan-bulan.

“Tidak ada vaksin dalam sejarah yang telah diuji dengan begitu cepat. Saya tidak mengatakan vaksinasi tidak boleh dilakukan.

"Tapi saya tidak akan memberikan vaksin yang belum diverifikasi pada anak-anak saya, atau pada diri saya sendiri,” ujar warga Warsawa, Ireneusz Sikorski (41), dilansir media Channel News Asia, kemarin.

Survei di Polandia menunjukkan, kurang dari 40 persen orang yang berencana divaksinasi, untuk saat ini. Pada Minggu (27/12/2020), hanya separuh staf medis di rumah sakit Warsawa yang mendaftar untuk disuntik vaksin.

Temuan tersebut tidak jauh beda dengan di Spanyol. “Tidak ada orang yang dekat dengan saya yang terinfeksi (Covid-19). Bukannya saya tidak peduli ada pada penularan Corona, tetapi untuk saat ini saya tidak akan divaksin,” jelas penyanyi dan komposer musik berusia 28 tahun di Spanyol, yang ogah namanya disebut.

Dikutip Reuters, keraguan yang meluas di tengah masyarakat Eropa karena mereka hanya mengingat metode pembuatan vaksin secara tradisional.

Secara tradisional, orang divaksin dengan memasukkan virus yang lemah atau mati. Satu vaksin flu pandemi membutuhkan penelitian lebih dari delapan tahun. Vaksin hepatitis B malah butuh waktu hampir 18 tahun.

Padahal vaksin Moderna dibuat berdasarkan apa yang disebut teknologi messenger ribonucleic acid (mRNA).

Yakni dengan mengajari sel tubuh cara membuat protein yang kemudian memicu respons imun di dalam tubuh. Dengan teknologi ini, pembuatan vaksin Moderna, mulai dari pengurutan gen hingga uji coba injeksi ke manusia pertama, hanya dalam waktu 63 hari.

“Kami akan melihat kembali kemajuan yang dibuat pada 2020. Ini momen ketika sains benar-benar canggih,” kata Jeremy Farrar, Direktur Unit Penelitian Klinis Universitas Oxford, yang didukung oleh Wellcome Trust.

Namun berbeda dengan di Swedia. Kepercayaan publik pada pihak berwenang sangat tinggi. Di negara Nordik itu, dua dari tiga orang malah bersedia diimunisasi. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: