Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ibarat Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga: Gerindra dan PDIP Kena Getahnya!

Ibarat Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga: Gerindra dan PDIP Kena Getahnya! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gara-gara kepatil lobster, pamor Partai Gerindra terjun bebas. Kini, pamor partai besutan Prabowo Subianto itu, ada di bawah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Hal yang sama juga dialami PDIP. Suaranya turun meski tetap bertengger di No.1. 

Stigma buruk terhadap Gerindra menguat setelah petingginya yang juga Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga menerima suap izin ekspor benih lobster. Baca Juga: Trending! Warganet Sampai Hati Bilang: Buta Tulinya Pak Prabowo Bikin Gak Ada Artinya!

Anjloknya pamor Gerindra diketahui dari hasil survei Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI). “Dari Exit Poll menunjukkan, penangkapan Edhy Prabowo berdampak signifikan terhadap penurunan elektabilitas,” kata Direktur Eksekutif LKPI, Arifin Nur Cahyono dalam paparan hasil surveinya, kemarin. Baca Juga: Ponakan Prabowo Dukung FPI Bubar, Fadli Zon Ungkap Sikap Asli Gerindra

Kejadian tersebut menguntungkan partai lain lantaran mendapat limpahan elektabilitas dari kasus korupsi. “Golkar, Demokrat, PKB, Nasdem, PKS dan PSI menjadi tempat pelarian pilihan masyarakat yang sebelumnya memilih Gerindra, jika pemilu digelar hari ini,” jelas Arifin. 

Dari hasil survei, kata Arifin, elektabilitas PDIP 17,8 persen, Golkar 15,2 persen, Partai Demokrat 10,8 persen, PKB 8,8 persen, NasDem 8,1 persen, PKS 6,9 persen, Gerindra 6,6 persen, PSI 4,2 persen, PAN 3,1 persen, PPP 2,9 persen, Hanura 1,6 persen dan lainnya di bawah 0,5 persen. 

“PDIP juga kena imbas penurunan elektabilitas karena kadernya yang juga Menteri Sosial, Juliari Batubara diciduk KPK. Meski turun, PDIP masih mempertahankan posisinya di puncak,” bebernya.

Survei LKPI dilakukan 20-27 Desember 2020 dengan jumlah responden 1.225 orang. Tersebar secara proporsional di 34 provinsi di Indonesia. Survei dilakukan dengan metode mix-mode. Survei ini memakai metode wawancara via telepon terhadap responden yang dipilih secara acak. Adapun margin of error survei di kisaran 2,8 persen dan pada tingkat kepercayaan mencapai 95 persen. 

Tidak hanya partainya, elektabilitas Prabowo Subianto juga nyungsep. Sebelumnya berdasarkan survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) yang dirilis pada 29 Desember 2020 lalu didapatkan, Prabowo semakin ditinggal pendukungnya. Hanya sekitar 50 persen pemilih Gerindra pada Pileg 2019 yang akan memilih Prabowo, bilamana Pilpres dilakukan sekarang. 

Bagaimana tanggapan Gerindra terkait turunnya elektabilitas? Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra, Kawendra Lukistan menganggap biasa saja. Partainya cukup mensyukuri jika ada survei yang merilis tren positif. Begitupun sebaliknya. “Hanya saja, yang perlu kita ingat dan menjadi catatan, berbagai survei tak jarang hasilnya berbeda-beda,” ujarnya, saat dimintai tanggapan oleh Rakyat Merdeka, kemarin.

Meski demikian, dia sadar patilan lobster bikin Gerindra terluka. “Seperti dijelaskan Ketua Harian Kami Gerindra (Sufmi Dasco Ahmad) tempo hari, apa yang menimpa tentu bagian dari ujian atau musibah,” katanya. 

Dia juga tetap yakin, Prabowo masih memiliki tempat spesial di hati rakyat. Ditambah lagi, bosnya itu saat ini sedang fokus bekerja optimal mengemban tugas yang tidak mudah. Baik itu di Kementerian Pertahanan ataupun di food estate. 

Lalu, apa kata pengamat politik? Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin mengatakan, kasus korupsi benih lobster membuat tren suara Gerindra terus melorot. “Ya, betul karena kepatil lobster jadi sempoyongan,” ledeknya. 

Kejadian ini juga memengaruhi suara Prabowo. Dia teringat, suara Prabowo terus merangkak sebelum kepatil lobster. “Padahal, sebelum Edhy ketangkap, Prabowo selalu di atas bersaing dengan Ganjar dan Anies. Keuntungan sama turut menyertai Gerindra,” ungkapnya. Kejadian ini membuat Gerindra dan Prabowo hancur. Apalagi ditambah keputusan politik Gerindra mendukung pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: