Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berkontribusi dalam PEN 2021, ICDX Genjot Pemanfaatan Bursa Derivatif

Berkontribusi dalam PEN 2021, ICDX Genjot Pemanfaatan Bursa Derivatif Kredit Foto: Dok. ICDX

“Hal ini tentunya dapat terlaksana dan juga tercapai dengan sinergi antara berbagai pihak yang tercakup dalam perdagangan berjangka komoditi, serta dukungan dan arahan dari regulator dan pemerintah dalam upaya besar akselerasi industri perdagangan Indonesia,” imbuh Nursalam. 

Di sisi lain, produk-produk derivatif, baik sebagai sarana alternatif investasi maupun manajemen risiko, terlihat bertumbuh secara signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan volume transaksi produk derivatif multilateral ICDX melalui GOFX (Gold, Oil, Forex) telah mengalami pertumbuhan volume sebesar 1991% sejak diperkenalkan di tahun 2018. Hal ini tentunya tidak lepas dari kemudahan akses produk derivatif, dimana produk derivatif yang tersedia di bursa ICDX kini dapat ditransaksikan oleh berbagai kalangan, dan semakin terjangkau melalui terbitnya kontrak berbasis multilateral berukuran mikro. 

Sementara itu, untuk tata niaga perdagangan fisik timah tujuan ekspor yang dilakukan melalui bursa ICDX juga menunjukkan perkembangan yang sangat positif, dapat dilihat dari peningkatan jumlah pembeli internasional yang saat ini sudah meningkat menjadi 37 perusahaan. Selain itu, pangsa pasar perdagangan timah juga berhasil diperluas menjadi 26 negara tujuan ekspor, serta ditambah dengan keberhasilan upaya dalam menggeser posisi Singapura di Asia Tenggara sebagai secondary market timah dunia. Tercatat sejak dibursakan pada Agustus 2013 hingga Desember 2020, total ekspor timah yang dilakukan melalui bursa ICDX mencapai 404,363.19 metrik ton atau senilai 7,916,877,408 USD atau setara dengan Rp 111.79 Triliun.

Pada tahun 2021, pengembangan kontrak multilateral untuk manajemen risiko berbagai sektor dapat dimaksimalkan dengan hadirnya beberapa komoditas strategis baru yang berkelanjutan. Jika dilihat dari perspektif berkelanjutan, maka keterkaitan ekonomi, sosial dan lingkungan menjadi penting, dimana hal tersebut merupakan trisula roda ekonomi di banyak negara tak terkecuali Indonesia. Selama ini, isu terkait lingkungan dan pemanasan global kurang menjadi sorotan. Kita seringkali hanya berfokus kepada sisi bisnis tanpa mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dan sosial. Jika kita melihat industri secara global, keseimbangan ketiga faktor tersebut secara signifikan ditanggulangi dengan mekanisme perdagangan karbon melalui pasar fisik dan pasar berjangka. 

Indonesia sendiri perlu mengambil peranan penting di tingkat global untuk penanggulangan dampak pemanasan global. Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara paru-paru dunia, Indonesia memiliki potensi yang besar dan dapat memimpin dalam penyelenggaraan perdagangan kredit karbon, dimana Indonesia memiliki potensi yang besar dalam menyumbang 75-80% karbon kredit dunia. Karbon kredit ini berasal dari hutan mangrove, lahan gambut, padang lamun dan batu karang. Dilihat dari nilainya, potensi perdagangan karbon mampu menyumbang lebih dari 150 miliar USD untuk ekonomi Indonesia. 

Terciptanya perdagangan kontrak multilateral yang mampu mengembangkan pasar keuangan yang lebih inklusif, serta perdagangan komoditas yang berkelanjutan sebagai manajemen risiko berbasis pasar yang efisien di dalam bursa berjangka komoditi, dapat memodernisasi ekosistem perdagangan Indonesia secara komprehensif. Hal ini tentunya akan sangat membantu usaha-usaha dengan berbagai skala yang terlibat dalam masing-masing industri dan secara berkesinambungan berperan dalam mewujudkan visi Indonesia Maju.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: