Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perjalanan Crazy Rich Tanjung Priok Ahmad Sahroni: Dari Sopir hingga Punya 8 Ferrari

Perjalanan Crazy Rich Tanjung Priok Ahmad Sahroni: Dari Sopir hingga Punya 8 Ferrari Kredit Foto: Instagram/ahmadsahroni88

Bagi seorang Sahroni, mimpi adalah doa untuk menjadikan kita berusaha dan tidak patah semangat, serta pantang menyerah. Sahroni sendiri bercerita bahwa untuk menjadi orang sukses harus memiliki pemikiran visioner. Di Indonesia, hanya ada 0,75% orang yang berani memiliki pemikiran visioner. Sahroni berharap, dirinya menjadi salah satu dari angka tersebut.

Sahroni mengungkap, saat belum memiliki apa-apa, ia pernah bergabung ke dalam klub mobil Ferrari yang bahkan ia tak memiliki mobil Ferrari. Berkat itulah, ia berani bermimpi untuk menjadi orang kaya.

Karena ia paham, jika ingin menjadi konglomerat, bertemanlah dengan konglomerat. Teman bergaul menjadi faktor penting dalam kesuksesan seseorang. Karena itu, pintarlah dalam bergaul serta membawa diri. Beranilah untuk menjadi katrol bagi diri sendiri, agar level lingkungan juga turut naik. Seperti Sahroni yang bergabung main golf dan bergabung di klub Ferrari meski dulu tak memiliki apa-apa. Tetapi hari ini, segalanya bisa ia gapai.

Saat bergabung di klub Ferrari dan tidak memiliki apa-apa, Sahroni bertemu dengan Herman Hery tahun 2006 yang saat ini menjadi Ketua Komisi III DPR dan hari ini, Sahroni menjadi anggota Komisi III DPR serta berada di level yang sama dengan Herman Hery.

Meski memiliki Ferrari, Sahroni memiliki supercar itu tak hanya sekedar hobi, tetapi juga ada value yang masih berharga dan bisa menjadi investasi dalam 5-10 tahun mendatang. Padahal, sewaktu kecil Sahroni hidup sangat susah. Ia pernah menjadi ojek payung, tukang semir sepatu sampai sopir.

Pesan dari Sahroni, jika memang hidup sedang berada di bawah, jangan dipaksakan untuk membeli hal yang tak mampu sampai berutang. Pasalnya, jika berutang hingga bunga menumpuk, maka hanya akan menyusahkan diri sendiri. Berbahagialah dengan pencapaian dan kehidupan orang lain, tetapi jangan memaksakan hal yang tak bisa kita gapai.

"Tidak ada dalam buku sejarah pola untuk mempelajari kehidupan. Kehidupanlah yang mempelajari seseorang untuk menjadikannya yang terbaik. Bisa menjadi hebat atau menjadi buruk sekalipun." tutup Sahroni.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: