Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Aksi Cepat Tanggap Ungkap Sejak Pandemi Sifat Dermawan Masyarakat Bertambah

Aksi Cepat Tanggap Ungkap Sejak Pandemi Sifat Dermawan Masyarakat Bertambah Kredit Foto: Aksi Cepat Tanggap (ACT)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Banyak orang yang menjadikan 2020 sebagai tahun penuh ujian akibat virus Covid-19 yang mengancam hampir sepanjang tahun hingga meningkatnya jumlah kemiskinan serta kemerosotan ekonomi ke jurang resesi. Namun di balik itu semua, 2020 telah melahirkan jiwa-jiwa dermawan di tengah pandemi.

Ketua Dewan Pembina Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin mengatakan, sejak pertengahan Maret, masyarakat yang berpartisipasi mendukung gerakan filantropi dan bekerja sama dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT) naik 154%, meskipun total donasinya tidak jauh berbeda dari tahun lalu.

Baca Juga: Aduan Belanja Online Melonjak Selama Pandemi

"Pertumbuhan jumlah dermawan yang mengamanahkan kepedulian terbaiknya merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia memiliki potensi untuk menghadapi krisis multidimensi akibat pandemi Covid-19," kata Ahyudin, Rabu (13/1/2021).

Ahyudin menuturkan, kemiskinan merupakan muara dari kelaparan, keserakahan, kesengsaraan, dan penderitaan masyarakat Indonesia hingga masyarakat dunia. Situasi ini memberikan tekanan karena hampir seluruh umat manusia menghadapi kondisi yang penuh ketidakpastian.

"Oleh sebab itu, kedermawanan dari berbagai elemen bangsa dapat memberikan solusi nyata bagi masyarakat yang terdampak Covid-19 dan hidup dengan segala keterbatasan," tuturnya.

Harus diakui bahwa pandemi Covid-19 melahirkan situasi baru yang penuh tekanan. Karantina wilayah maupun karantina mandiri secara tidak langsung berdampak pada roda perekonomian yang kian terseok.

Ahyudin mengatakan, banyak perusahaan terpaksa mengurangi jumlah karyawan yang berakibat pada melonjaknya angka pengangguran secara signifikan.

Hal ini berdampak pada ketiadaan penghasilan hingga keterbatasan pangan dan kemiskinan. Antisipasi dampak sosial dan ekonomi perlu diperhatikan di samping antisipasi dampak kesehatan yang belum juga menemukan solusi terbaik.

“Kemanusiaan itu bukan sebatas fenomena sosial saja, bukan pula sekadar untuk menjawab fenomena ekonomi. Kemanusiaan itu energi dan kecepatan untuk mengatasi masalah-masalah dunia dan membangun peradaban yang lebih baik. Revolusi filantropi merupakan jawaban bagi penyelamatan peradaban sekaligus penggerak modal terbaik: nilai dan mental. Kita sebagai manusia yang diamanahi kehidupan tidak bisa tinggal diam. Krisis ekonomi, krisis ideologi, maupun krisis visi harus segera diantisipasi dengan nilai-nilai kemanusiaan,” kata Ahyudin.

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: