Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tahan Nafas Bisa Tingkatkan Peluang Terkena Infeksi Covid-19

Tahan Nafas Bisa Tingkatkan Peluang Terkena Infeksi Covid-19 Kredit Foto: Antara/Didik Suhartono
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebuah studi baru yang dilakukan para peneliti di Indian Institute of Technology Madras menemukan bahwa menahan napas atau yang memiliki tingkat pernapasan yang rendah dapat meningkatkan peluang terkena infeksi COVID-19 dan virus udara lainnya.

Orang-orang tertentu memiliki tingkat pernapasan yang rendah karena beberapa faktor biologis atau karena mereka telah dilatih untuk melakukannya di bawah latihan yoga atau atletik.

Baca Juga: Jutaan Tenaga Kesehatan Akan Suntik Vaksin Covid-19 Gelombang Pertama

Tingkat pernapasan normal untuk orang dewasa saat istirahat berkisar antara 12 hingga 16 napas per menit. Kita semua telah memahami bahwa infeksi yang ditularkan melalui udara seperti SARS-CoV-2 menyebar dengan mudah melalui tetesan udara kecil yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi ketika mereka batuk atau bersin.

Tim peneliti Madras mempelajari dinamika tetesan di paru-paru dengan mempelajari pergerakan tetesan di kapiler kecil, yang diameternya mirip dengan bronkiolus, dilansir dari Times of India.

Apa itu bronkiolus?

Bronkiolus adalah saluran udara di dalam paru-paru yang bercabang seperti dahan pohon dari bronkus. Ini mengirimkan udara ke kantung kecil yang disebut alveoli tempat pertukaran karbon dioksida dan oksigen.

Tim membuat aerosol dari partikel cair dan fluoresen untuk melacak pergerakan dan pengendapan partikel di paru-paru.

Dan hasilnya, ditemukan bahwa deposisi berbanding terbalik dengan rasio aspek kapiler yang menunjukkan bahwa tetesan cenderung mengendap di bronkiolus yang lebih panjang.

Jadi, pengangkutan tetesan sarat virus jauh ke dalam paru-paru meningkat dengan frekuensi pernapasan yang menurun. Ini karena pernapasan rendah meningkatkan waktu tinggal virus, sehingga meningkatkan kemungkinan infeksi.

Studi ini dipimpin oleh Profesor Mahesh Panchagnula Departemen Mekanika Terapan, Madras IIT dan dua cendekiawan lainnya.

Menurut Panchagnula paru-paru kita memiliki struktur bercabang, ia memiliki bronkiolus yang bercabang secara dikotomis. Ini berarti setiap cabang bronkiolus menjadi dua dan ini berlangsung selama 23 generasi. Generasi yang lebih dalam, 17 hingga 23, adalah tempat aerosol bertemu dengan darah."

“COVID-19 telah membuka celah dalam pemahaman kita tentang penyakit sistemik paru yang dalam. Studi kami mengungkap misteri di balik bagaimana partikel diangkut dan disimpan di paru-paru yang dalam. Studi ini mendemonstrasikan proses fisik di mana partikel aerosol diangkut ke dalam paru-paru generasi yang dalam,” kata Panchagnula, sambil menjelaskan tentang perlunya penelitian semacam itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: