Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Direktur Eksekutif PASPI Soal Boikot Sawit di Swiss: Padamkan Api Selagi Kecil!

Direktur Eksekutif PASPI Soal Boikot Sawit di Swiss: Padamkan Api Selagi Kecil! Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak Juni 2020 lalu, LSM Uniterre di Swiss memotori adanya aksi kampanye boikot kelapa sawit Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, Uniterre bahkan mengaku telah mengantongi 61.184 petisi sah dan sudah membawa gugatannya ke meja Bundenskanzlei, Mahkamah Konstitusi Swiss di Bern.

Gugatan yang disampaikan oleh perwakilan LSM tersebut adalah perihal kekhawatiran terhadap produk lokal (seperti minyak kanola dan bunga matahari) yang berpotensi kalah bersaing apabila produk kelapa sawit Indonesia diizinkan masuk.

Baca Juga: Sawit Dituduh Rusak Gambut, Bagaimana dengan Kebijakan Uni Eropa Ini?

Selanjutnya, mereka menyorot dampak buruk keberadaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang dianggap merusak lingkungan, mengurangi lahan hutan, dan menghambat perlindungan satwa liar. Tidak hanya itu, mereka juga mempermasalahkan kebijakan Pemerintah Indonesia yang dinilai kurang memperhatikan kesejahteraan petani kelapa sawit, peningkatan upah buruh perkebunan, membiarkan eksploitasi anak (sebagai buruh), serta tidak adil memberi cuti hamil.

Menanggapi kondisi ini, Direktur Eksekutif PASPI Monitor, Tungkot Sipayung, mengatakan, rencana boikot sawit Indonesia oleh Swiss sebenarnya dilatarbelakangi persaingan bisnis. Minyak nabati Swiss, yakni rapeseed dan sunflower, kalah bersaing dengan minyak sawit asal Indonesia. Minyak sawit asal Indonesia yang sangat kompetetif di pasar Swiss mendorong food industry, industri deterjen, dan personal care di Swiss lebih banyak menggunakan minyak sawit.

Bahkan, food industry yang menggunakan minyak sawit lebih kompetitif daripada food industry yang menggunakan minyak canola atau sunflower. "Hal ini membuat minyak canola dan sunflower produksi Swiss makin terdesak atau tersingkir," ujarnya kepada media, Rabu (13/1/2021).

Sebagaimana pola kerja LSM antisawit pada umumnya, dicarilah alasan untuk menyingkirkan minyak sawit, yakni dengan menggaungkan isu minyak sawit penyebab deforestasi dan musnahnya biodiversity. "Meskipun kampanye tersebut dilakukan LSM lokal, tampaknya memperoleh dukungan kuat dari Pemerintah Swiss," ungkap Tungkot.

Lebih lanjut Tungkot mengatakan, meskipun pasar minyak sawit di Swiss relatif kecil, kampanye boikot minyak sawit Indonesia tersebut jangan dianggap enteng. "Jangan tunggu kampanye tersebut makin meluas baru kita merespons. Padamkan api semasih kecil agar tidak tumbuh menjadi api besar yang membakar habis sekitarnya," tandasnya.

Tungkot juga menyarankan agar pemerintah melalui diplomat Indonesia di Eropa perlu berbuat sesuatu untuk meredam kampanye tersebut. Asosiasi sawit di Indonesia juga perlu melakukan langkah untuk memadamkan rencana boikot tersebut melalui relasi B to B.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: