Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kelapa Sawit: Uni Eropa Lupa Siapa Penyumbang Emisi Karbondioksida

Kelapa Sawit: Uni Eropa Lupa Siapa Penyumbang Emisi Karbondioksida Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak tahun 2015, Uni Eropa telah menuding bahwa kebun sawit merupakan driver deforestasi dan peningkatan emisi karbondioksida. Namun, negara-negara maju khususnya Uni Eropa tersebut lupa bahwa 70 persen emisi karbon dunia berasal dari penggunaan energi fosil, bukan kehadiran kelapa sawit.

Sebagaimana diberitakan pada April 2017 lalu, Parlemen Uni Eropa mengancam memboikot sawit Indonesia dan Malaysia karena dinilai menyumbang emisi karbon terbesar melalui deforestasi dalam ekspansi lahannya.

Baca Juga: Kelembagaan Petani Sawit Wujudkan Best Practices

Laporan International Energy Agency (IEA) mencatat, setiap tahun, kontributor terbesar emisi karbon dunia yang menyebabkan terjadinya pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (global climate change) berasal dari konsumsi energi fosil sebagai bahan bakar seperti diesel/solar, premium, batubara, dan gas bumi.

Dalam laporan PASPI Monitor dituliskan lima negara terbesar (top five) sebagai kontributor emisi karbon dunia (negara-negara yang paling rakus mengonsumsi energi fosil), yakni China, Amerika Serikat, Uni Eropa (EU-28), India, dan Rusia. Kontribusi EU-28 mencapai 10 persen, sementara Indonesia hanya sekitar satu persen terhadap emisi karbon dari konsumsi energi fosil dunia.

Tidak hanya deforestasi, Parlemen Uni Eropa juga menuduh kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia berkontribusi besar terhadap emisi gas karbon di atmosfer bumi. Tuduhan tersebut didasarkan pada data kebakaran hutan/lahan di Indonesia dalam periode 2011-2015, yakni rata-rata 64.548 hektare per tahun.

Namun, apakah di Eropa tidak terjadi kebakaran hutan/lahan?

Studi European Commission, 2014, mengungkapkan bahwa kebakaran hutan/lahan di Eropa juga relatif luas dan bahkan lebih luas dari yang terjadi di Indonesia. Dalam periode yang sama, luas kebakaran hutan/lahan di Portugal dan Spanyol sudah mencapai 191.672 hektare per tahun atau 3 kali lebih luas dari yang terjadi di Indonesia.

"Fakta tersebut jangan disembunyikan dan dialihkan ke negara-negara berkembang seakan-akan deforestasi dan perubahan penggunaan lahan (land use change and forestry/LUCF) sebagai kontributor terbesar. Tentu saja, kontribusi LUCF dan deforestasi pada emisi karbon global, jelas ada," seperti dilansir dalam laporan PASPI Monitor.

Lanjutan dalam laporan tersebut menyebutkan, "Namun, tidak seberapa dibandingkan dengan emisi dari konsumsi energi fosil tersebut. Karena kontributor terbesar emisi global adalah dari konsumsi energi fosil, semua negara khususnya the top five emitter (salah satunya EU-28) perlu menurunkan konsumsi energi fosil dan beralih ke energi terbarukan seperti biofuel."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: