Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Erick Thohir Beberkan BUMN dengan Utang Besar

Erick Thohir Beberkan BUMN dengan Utang Besar Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian BUMN dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI menyampaikan bahwa akibat pandemi Covid-19, terdapat tiga BUMN yang memiliki utang yang cukup besar. Sejumlah BUMN tersebut yakni, PT Kereta Api Indonesia (Persero), BUMN Karya, serta Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN).

BUMN karya yang dimaksud adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT PP Tbk (PTPP).

Baca Juga: Menteri BUMN Akui Mobil Listrik Akan Ganggu Bisnis Bensin Pertamina

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa restrukturisasi utang akan terus dilakukan oleh beberapa perusahaan BUMN dengan nilai kewajiban yang tinggi. Pandemi Covid-19 benar-benar memperlihatkan sejumlah BUMN yang memiliki utang yang cukup besar.

Berbekal pengalaman melakukan restrukturisasi utang PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS), tantangan yang dihadapi berikutnya yakni merestrukturisasi utang PTPN.

"Sekarang tantangan yang kami hadapi ini ada tiga salah satunya PTPN yang mempunya nilai utang cukup besar Rp40 triliun lebih, dan juga di BUMN karya-karya yang memang masih berjalan dan beberapa hal lain di industri yang saat ini kondisinya masih harus kita hadapi seperti pariwisata, ini realita yang harus kami lakukan," kata Erick dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR, Rabu (20/1/2021).

PTPN disebut memiliki utang yang telah menembus Rp40 triliun atau berkisar Rp48 triliun. Erick Thohir juga mengingatkan BUMN Karya yang sekarang ini suka tidak suka pembangunannya butuh dana sangat besar, tetapi karena masih Covid-19 penurunannya sangat signifikan.

Mantan bos Inter Milan itu mengatakan, selain BUMN Karya, PT Kereta Api Indonesia (Persero) juga terdampak signifikan dengan jumlah penumpang yang hanya berkisar 15% dari kondisi penumpang normal.

Hal ini tentunya berakibat pada perusahaan, yang sejak awal memiliki utang yang cukup tinggi. Dengan demikian, perlu dilakukan restrukturisasi utang-utang PT KAI.

Kereta Api Indonesia mencatat kerugian per 30 September 2020 KAI mencatat jumlah kerugian komprehensif tahun berjalan sebesar Rp2,51 triliun, dari untung Rp1,474 triliun di 30 September 2019.

Adapun jumlah pendapatan KAI anjlok menjadi Rp12,19 triliun di 30 September 2020 dari Rp17,8 triliun pada periode sebelumnya. Total kewajiban termasuk utang, menembus Rp30,11 triliun, dari posisi Desember 2019 sebesar Rp25,09 triliun.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: