Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tutup Januari 2021, Harga CPO Bikin Menari

Tutup Januari 2021, Harga CPO Bikin Menari Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Melewati pekan IV dan menutup Januari 2021, harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada CIF Rotterdam basis tercatat menguat sebesar 25,4 persen menjadi US$1.023 per MT (atau sekitar Rp14.424.300 per MT) dibandingkan periode yang sama secara y-o-y. Jika dibandingkan pekan lalu, average price yang tercatat tersebut menguat 4,8 persen dari yang sebelumnya sebesar US$976 per MT (atau sekitar Rp13.761.600 per MT).

Meskipun penyebaran pandemi Covid-19 masih masif di Indonesia, harga rata-rata CPO tersebut berhasil mencetak harga tertinggi dibandingkan sebelum serangan masif Covid-19 di Indonesia. Tidak hanya itu, harga CPO saat ini juga membawa harapan baru untuk harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani.

Baca Juga: Februari 2021: Harga Referensi CPO Naik dan Biji Kakao Turun

Harga minyak nabati memang terus mengalami peningkatan sebagaimana yang dilaporkan Organisasi Pangan dan Pertanian Global (FAO). Dalam laporan terbarunya, FAO menyebut bahwa indeks harga minyak nabati dunia mengalami kenaikan hingga ke level tertinggi sejak tahun 2012. Kenaikan indeks harga diakibatkan terus menguatnya harga minyak sawit. Sementara itu, harga minyak nabati lain seperti minyak kedelai, minyak rapa, dan minyak biji bunga matahari juga ikut naik.

Ekonomi China yang bergeliat turut menopang permintaan sehingga turut membuat harga CPO reli kencang. Sementara itu, Pemerintah India telah menurunkan bea masuk bagi impor sejumlah komoditas, termasuk CPO.

Tarif bea masuk CPO turun dari US$1.049 per MT (atau sekitar Rp14.790.900 per MT) menjadi US$1.013 per MT (atau sekitar Rp14.283.300 per MT). Dengan bea masuk yang lebih murah, terdapat insentif bagi dunia usaha di Negeri Bollywood tersebut untuk mengimpor lebih banyak CPO. Perlu diketahui, India merupakan importir CPO terbesar dunia, yakni mencapai 8,7 juta ton sepanjang tahun 2020.

Secara internal, ketatnya pasokan menjadi salah satu alasan mengapa harga-harga minyak nabati terutama sawit mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Adanya banjir yang melanda beberapa sentra produksi sawit seperti di Kalimantan dan Sumatera di Indonesia tentu mengganggu aktivitas produksi dan rantai pasok sehingga berpotensi menurunkan output.

Sementara itu, di Malaysia, pandemi Covid-19 membuat Negeri Jiran memilih untuk menetapkan pembatasan sosial dan lockdown. Akibatnya, sektor perkebunan kelapa sawit menjadi korban lantaran kekurangan tenaga kerja yang mayoritas berasal dari luar Malaysia.

Para ahli memperkirakan, prospek harga CPO masih akan kuat hingga kuartal pertama tahun 2021 ini. Setelah itu, harga CPO kemungkinan besar akan melandai bahkan terkoreksi seiring dengan peningkatan output.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: