Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menantu Donald Trump Masuk dalam Nominasi Nobel Perdamaian, Apa Kontribusinya?

Menantu Donald Trump Masuk dalam Nominasi Nobel Perdamaian, Apa Kontribusinya? Kredit Foto: AP Photo/Susan Walsh
Warta Ekonomi, Washington -

Mantan penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner dan wakilnya Avi Berkowitz masuk dalam nominasi Nobel Perdamaian, atas peran mereka dalam menegosiasikan empat kesepakatan normalisasi antara Israel dengan negara-negara Arab. Kesepakatan tersebut dikenal dengan "Abraham Accords". 

Kushner dan Berkowitz dinominasikan oleh mantan deputi Presiden Donald Trump sekaligus pengacara, Alan Dershowitz. Kapasitas Dershowitz sebagai profesor emeritus di Harvard Law School, membuatnya dapat memasukkan Kushner dan Berkowitz ke dalam nominasi Nobel Perdamaian.

Baca Juga: Solusi 2 Negara, Sekjen PBB Janji Bakal Fasilitasi Perdamaian Israel-Palestina

Kushner yang merupakan menantu Trump merupakan utusan Timur Tengah. Kushner dan Berkowitz adalah tokoh kunci yang merundingkan kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko.

Kesepakatan itu merupakan terobosan yang paling signifikan di Timur Tengah dalam 25 tahun terakhir ketika kawasan tersebut bersiap untuk melakukan konfrontasi dengan Iran. 

Kushner mengatakan, dia merasa sangat terhormat dapat terpilih sebagai nominasi untuk Nobel Perdamaian. Nobel ini akan diberikan pada Oktober mendatang. Trump yang telah lengser sebagai presiden diperkirakan dapat mempengaruhi apakah Kushner dan Berkowitz akan terpilih meraih Nobel Perdamaian.

Kesepakatan normalisasi Israel dengan negara-negara Arab mendapatkan kecaman dari sejumlah negara termasuk Palestina. Para pemimpin Palestina mengutuk perjanjian tersebut dan menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Sebelumnya, penasihat keamanan keamanan nasional untuk mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Robert O'Brien mengatakan, Trump berusaha membangun "modal politik" dengan Israel. Salah satu cara untuk membangun modal politik itu adalah melalui pemindahan kedutaan AS ke Yerusalem dan mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.

Dilansir Al Jazeera, O'Brien mengatakan, negara-negara Arab lainnya kemungkinan akan bergabung dengan Abraham Accords karena mereka melihat manfaat ekonomi dan hubungan baru tersebut akan memungkinkan AS untuk menarik beberapa pasukan militernya di wilayah mereka. Di antara manfaatnya, O'Brien mengatakan perjanjian itu harus memungkinkan pengusaha Israel untuk mengumpulkan modal dari dana kekayaan kedaulatan Arab.

"Ini membuat China keluar dari sektor teknologi Israel sampai batas tertentu, yang merupakan sesuatu yang saya perhatikan dengan sangat hati-hati," kata O'Brien.

O'Brien mengemukakan pernyataan tersebut dalam diskusi panel yang diselenggarakan oleh Institut AS untuk Perdamaian di Washington. Penasihat Keamanan Nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan turut hadir dalam acara diskusi itu.

O'Brien mengatakan dia masih mengharapkan kesepakatan damai antara Israel dan Palestina. Dia juga menyarankan agar negara-negara Arab lainnya seperti Arab Saudi akan bergabung dengan Abraham Accords di masa mendatang. Dia berpendapat, negara-negara Eropa akan membantu ketika melihat keberhasilan dari Abraham Accords tersebut.

"Kami tidak bisa meraih Palestina. Tetapi kami akan melakukan pendekatan halus dan tegas yang akan membawa mereka ke meja (perundingan)," kata O'Brien. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: