Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sssttt, Jangan Kaget! Bos UOB Asset Management Bilang IHSG Bakal Meroket Hingga ke Level 7.400

Sssttt, Jangan Kaget! Bos UOB Asset Management Bilang IHSG Bakal Meroket Hingga ke Level 7.400 Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasar modal Indonesia diprediksi masih akan mengalami tren positif pada tahun 2021. Bahkan, potensi penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal meroket hingga ke level 7.400. Artinya, IHSG bakal melesat sekitar 27,65% atau 1,420.93 poin dari 5,979.07 di akhir tahun lalu. 

“Proyeksi tersebut didasarkan dari data rata-rata IHSG selama 10 tahun dengan asumsi kenaikan earning per share (EPS) 25% di tahun 2021, di poin +1 standar deviasi sebesar 17,4x price to earnings ratio (PER),” kata Direktur Utama UOB Asset Management Indonesia Ari Adil dalam webinar Zoom yang diselenggarakan oleh Pluang, bekerja sama dengan PT UOB Asset Management Indonesia, Rabu (3/2/2021).

Ari juga mengatakan bahwa arus investasi kemungkinan akan meningkat seiring dengan adanya Omnibus Law dan pemulihan ekonomi di tahun 2021, yang akan mendorong pertumbuhan EPS dan menahan tren arus modal keluar. Dengan demikian, pasar modal masih akan menjadi salah satu lahan investasi yang menarik bagi para investor di tengah pandemi COVID-19.

Baca Juga: Pasar Modal Malah Kebanjiran Investor saat Pandemi Covid-19, Ini Buktinya!

“Selain potensi EPS yang bertumbuh, suku bunga acuan yang rendah juga akan menciptakan minat terhadap aset berisiko seperti saham,” tambahnya.

Ari memaparkan bahwa Bank Indonesia masih memiliki kemungkinan untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada semester I tahun ini. Dengan demikian, arus dana asing seharusnya kembali lagi ke Indonesia seiring minat investor yang akan beralih ke aset berisiko seperti saham untuk mendapatkan potensi keuntungan lebih tinggi.

Di samping itu, Ari mengatakan bahwa rencana paket stimulus COVID-19 AS sebesar US$1,9 triliun juga akan mendatangkan inflow ke Indonesia. Stimulus diperkirakan mendorong aliran dana ke obligasi berdenominasi rupiah. Peristiwa ini akan mengurangi tekanan pada defisit transaksi berjalan dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.“Hal ini yang seharusnya mendorong harga komoditas dan menguntungkan Indonesia,” ucapnya.

Baca Juga: Bakal Jadi Tahun Kebangkitan Pasar Modal, Bos OJK Kasih Bocoran!

Selain itu, ia menyebut bahwa sejak diresmikannya Omnibus Law sejak tahun lalu akan menjadi sentimen fundamental investasi paling kuat dalam jangka panjang. Bahkan, implementasi Omnibus Law juga bisa membawa Indonesia menjadi salah satu negara dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi terbaik dibandingkan negara lainnya di tahun ini.

“Fundamental jangka panjang Indonesia didukung oleh Omnibus Law, yang berpotensi memperbaiki iklim investasi Indonesia dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap komoditas,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: