Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

IA-CEPA Bisa Jadi Solusi Permasalahan Tingginya Harga Daging Sapi

IA-CEPA Bisa Jadi Solusi Permasalahan Tingginya Harga Daging Sapi Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Andree Surianta mengatakan, pemerintah dapat mengoptimalkan peranan Indonesia Australia-Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) untuk mengatasi permasalahan tingginya harga daging sapi di dalam negeri.

Andree mengatakan, IA-CEPA memberikan akses preferensial ke lebih dari 99% produk pertanian Australia yang diimpor Indonesia sehingga usaha yang menggunakan pakan biji-bijian (misalnya peternakan) dan daging sapi sebagai bahan produksi sekarang bisa mendapatkan kedua-duanya dengan harga yang lebih rendah (DFAT, 2019).

Baca Juga: Indonesia Ditawari Daging Sapi dari Nikaragua, Berminat Impor?

Untuk pakan, tarif akan dihilangkan untuk sejumlah 500 ribu ton di tahun pertama perjanjian dagang diterapkan dan jumlah ini akan ditingkatkan secara progresif ke lebih dari 775 ribu ton di tahun kesepuluh.

Andree melanjutkan, pembukaan impor biji-bijian untuk pakan ternak melalui IA-CEPA merefleksikan bahwa komoditas sapi potong juga memainkan peran penting dalam perdagangan bilateral. Daging sapi adalah jenis protein ketiga terbanyak yang dikonsumsi di Indonesia setelah ayam dan ikan.

Pada 2018, dengan tingkat konsumsi 1.98 kg per orang, Indonesia mengonsumsi sekitar 514 ribu ton daging sapi. Sementara itu, produksi nasional kurang dari 500 ribu ton. Menurut data Australian Trade and Investment Commission (Austrade), untuk mencukupi kekurangan ini, Indonesia mengimpor 510.937 ekor sapi potong.

"Kemitraan IA-CEPA memberikan kemudahan berupa pembebasan tarif dari yang tadinya 5% untuk 575 ribu ternak di tahun pertama. Volume bebas tarif ini dinaikkan 4% setiap tahun sampai mencapai 700 ribu pada tahun keenam. Untuk daging sapi beku, tarif diturunkan dari 5% menjadi 2.5% yang kemudian dihapuskan setelah tahun kelima," kata dia pada akhir pekan lalu.

Peningkatan volume dan penurunan tarif kata dia tentu bisa berkontribusi pada turunnya harga daging sapi di Indonesia. Selain itu, kerja sama ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk mewujudkan konsep poros kekuatan yang menggabungkan kekuatan kedua mitra, yaitu sektor pertanian Australia dan industri makanan olahan Indonesia.

Terkait harga daging sapi yang sempat meningkat hingga membuat pedagang mogok berjualan, Andree menyarankan Kementerian Perdagangan untuk melakukan koordinasi dengan Economic Cooperation Program (ECP) untuk mendesain program untuk memperlancar jalur pasokan sapi potong dan daging sapi dari Australia ke Indonesia.

Misalnya, dengan mengadakan pertemuan berkala antara peternak Australia dengan importir Indonesia, mempelajari hambatan logistik dari Australia ke Indonesia, atau bahkan mengevaluasi cara meningkatkan efektivitas rantai distribusi daging sapi di Indonesia.

ECP adalah suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan potensi kesuksesan pelaksanaan IA-CEPA dengan mendukung reformasi regulasi melalui bantuan teknis, memfasilitasi hubungan antar-industri, dan mengembangkan standar umum dan kerangka kerja antar-kedua negara.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: