Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Libur Panjang Potensi Kasus Naik Tinggi, Ahli: Rayakan Imlek di Rumah dan Protokol Kesehatan Ketat

Libur Panjang Potensi Kasus Naik Tinggi, Ahli: Rayakan Imlek di Rumah dan Protokol Kesehatan Ketat Kredit Foto: Antara/FB Anggoro
Warta Ekonomi, Jakarta -

Melihat tren selama hampir setahun pandemi COVID-19, liburan panjang berarti potensi kenaikan jumlah kasus. Trennya ada peningkatan sebesar 40 persen setelah liburan panjang. Pada dasarnya, prinsip penanganan penyakit menular seperti COVID19 adalah memutus transmisi penularan dari sumbernya.

Dr. Ede Surya Darmawan, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menjelaskan proses penularan terjadi melalui interaksi antar pribadi dalam lingkup interaksi sosial yang kemudian interaksi ini meluas. "Untuk meredam penularan, pilihannya adalah memutus hubungan orang agar tidak berkomunikasi dalam hal ketemu fisik sehingga tidak terjadi penularan," jelasnya.

Baca Juga: Vaksinasi COVID-19 untuk Lansia Akan Jamin Proteksi WNI Senior

Sebelumnya, Indonesia sudah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di awal April 2020 dengan sangat ketat dan hasilnya kasus tertahan.

"Namun, kemudian kita tergoda dengan mudik dan pulang kampung maka jumlah kasus meningkat. Kemudian di Agustus naik lagi sampai liburan natal dan tahun baru. Semuanya memiliki rumus yang sama, yaitu liburan perjalanan/mobilitas - terjadi kerumunan. Inilah pola hal yang harus kita hafal," paparnya.

Karenanya, lanjutnya, jika pada long weekend Imlek kita bisa menahan maka otomatis jumlah kasus akan menurun.

"Selalu tetap menerapkan protokol kesehatan lalu Jaga Imun, Jaga Aman dan kuatkan Iman," tuturnya.

lanjutnya ia mengajak untuk menjadi masyarakat yang bijak dan cerdas belajar dari masa lalu, serta berani mengatakan untuk tetap di rumah saja dalam merayakan Imlek tahun ini. "Ini Agar tidak terjadi lonjakan dan peningkatan kasus dan supaya kita semua tidak direpotkan."

Menurut Dr. Ede, pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang makin kecil masuk ke mikro sebenarnya ideal supaya gerak langkah virus tidak membesar.

"Untuk implementasinya membutuhkan keseriusan. Lakukan penemuan kasus secepat-cepatnya. Bila memungkinkan, hari ini kontak besok sudah ditentukan statusnya. Perlu ada bantuan untuk orang-orang membutuhkan terutama bahan-bahan dasar seperti makanan. Maka mereka bisa stay at home, menyembuhkan diri sendiri, tidak menularkan kepada orang lain, dan harapannya jumlah kasus makin mengecil," ujarnya.

Sebagai pembanding, Dr. Ede menjelaskan kejadian 100 tahun lalu, yaitu pandemi Spanyol. "Asalnya dari Eropa tetapi yang menderita seluruh dunia. Kejadian tersebut seharusnya dimasukkan ke dalam sejarah dunia, bahwa pernah terjadi pandemi yang begitu dahsyat yang kita tidak boleh ulangi. Kejadiannya dulu sampai 3 tahun dari Januari 1918 - Desember 1920. 

Artinya kalau kita tidak disiplin menerapkan perilaku sehat dengan protokol kesehatan 3M, maka bukan tidak mungkin kita akan mengalami hal yang sama seperti pandemi Spanyol," tutupnya.

Vaksin adalah salah satu intervensi dari kesehatan masyarakat. Intervensi terbaiknya adalah memutus rantai penularan dengan disiplin menjaga prokes 3M tadi plus vaksinasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: