Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peneliti Pertanian: Bidik 3 Aspek pada Tumpang Sari di Lahan Replanting Sawit

Peneliti Pertanian: Bidik 3 Aspek pada Tumpang Sari di Lahan Replanting Sawit Kredit Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bertanam tanaman sela (tumpang sari/polikultur) merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pendapatan tambahan bagi petani yang lahan sawitnya tengah memasuki masa replanting.

"Masa tunggu menghasilkan (menjadi tandan buah segar/TBS) dari sawit itu sampai 3-4 tahun. Tanaman semusim bisa dijadikan tanaman sela saat masa TBM agar petani tetap mendapatkan penghasilan di masa 1-2 tahun (setelah replanting)," ungkap Peneliti Utama di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Dr. Rusman Heriawan, S.E, seperti dilansir dari tabloidsinartani.com. 

Baca Juga: Uni Eropa Butuh Nikel, Tapi Diskriminasi Sawit Indonesia

Rusman mengatakan, budidaya tanaman semusim sebagai tanaman sela sangat memungkinkan sebab pada tanaman sawit belum menghasilkan (TBM) 1 terdapat sekitar 75 persen ruang terbuka dari total areal.

"Tumpangsari di perkebunan lebih ke tanaman sela karena ditanam ketika sawit belum menghasilkan, pohonnya masih kecil/pendek dan fotosintesisnya masih ketangkap," kata Rusman.

Lebih lanjut Rusman menyebutkan, terdapat tiga aspek yang dapat dibidik dalam penanaman tanaman sela di lahan sawit TBM atau hasil replanting.

Pertama, aspek Ekonomi dimana pekebun mendapatkan tambahan kegiatan dan tambahan penghasilan selain merawat dan menunggu tanaman sawitnya mulai menghasilkan. Ditambah lagi, tanaman sela yang dianjurkan merupakan tanaman semusim dengan lama tanam 3 – 6 bulan. 

Kedua, aspek lingkungan yakni dengan tetap menjaga ekosistem di lingkungan tumbuh sawit itu sendiri, bahkan dapat menjadikan ekosistem menjadi lebih baik untuk pertumbuhan sawit. Misalnya, menanam kedelai diantara barisan tanaman kelapa sawit akan dapat menyediakan nitrogen alami yang diikat oleh bakteri rhizobium bahkan mencegah terjadinya erosi di sekitar kebun sawit tersebut. Selain itu, juga dapat menekan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan dapat berperan sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) sehingga mampu mengurangi pemanasan di areal perkebunan.

Ketiga, aspek sosial. Diakui Rusman, pekebun sawit ini bukanlah pelaku utama yang terbiasa bertanam tanaman semusim. Oleh karena itu, dalam berbudidaya tanaman sela, pekebun membutuhkan bimbingan dari instansi terkait, sehingga sinergisme antar stakeholder dapat terus ditingkatkan. 

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: