Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perpusnas Ungkap Literasi Penting untuk Kesejahteraan Masyarakat

Perpusnas Ungkap Literasi Penting untuk Kesejahteraan Masyarakat Kredit Foto: Perpusnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando mengatakan literasi sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat.

Literasi terbagi 4 tingkatan, yakni kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bacaan, memahami yang tersirat dari yang tersurat dan mengemukan ide, teori, kreativitas dan inovasi baru. 

Baca Juga: Digital Library Solusi di Masa Pandemi, Perpusnas dan STIK Teken MoU

“Nah yang keempat inilah puncaknya yakni mampu menciptakan barang dan jasa yang bermutu yang bisa dipakai dalam kompetisi global. Jadi literasi tidak lagi sekedar bisa membaca namun  memproduksi,” ujar Syarif dalam 60 Minutes with Muhammad Syarif Bando pada Minggu (21/2/2021).

Menurutnya, Presiden Joko Widodo fokus RPJMN 2020-2024 yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). 

Literasi menentukan kesejahteraan karena percaturan global sudah pada tingkat literasi. Maka Perpusnas sejak 2017 diusulkan menjadi priotitas nasional untuk transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial. 

Hal ini guna membuktikan bahwa literasi itu bisa mengubah nasib orang menjadi sejahtera dan akhirnya di bawah Presiden Joko Widodo, program ini menjadi prioritas nomor 1.

Saat ini literasi Tiongkok berada jauh diatas Indonesia, bahkan mereka memimpin dunia dalam percaturan kompetisi global. Sementara penduduk Indonesia banyak menjadi konsumen dan rendah memproduksi karena dampak dari rendahnya tingkat literasi. 

Maka dari itu, Perpusnas memberikan aksestabilitas digital untuk semua mahasiswa di seluruh nusantara di era study from home (SFH) ini. Diakui Perpusnas Indonesia saat ini menjadi perpustakaan terbaik ketiga di dunia pada top open access journal ilmiah dengan kurang lebih 4 milyar artikel. Selain mahasiswa, layanan tersebut juga diberikan kepada tenaga pendidik dan semua sekolah. 

“Karena pada akhirnya persaingan global dalam tatatan ekonomi dunia adalah siapa yang bisa  ciptakan produksi untuk konsumsi massal. Saat ini kita dipaksa hidup dengan teknologi yang  bergerak sangat cepat,” urai dia.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: