Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Petani Sawit: Harus Tegas terhadap Produk POF!

Petani Sawit: Harus Tegas terhadap Produk POF! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Produk berlabel bebas minyak kelapa sawit (palm oil free/POF) yang beredar di pasaran memang telah mengakibatkan image sawit nasional tercoreng.

Hal ini terkait dengan penjualan produk coklat dengan brand Pod Chocolate yang menggunakan label POF pada salah satu kemasannya. Mirisnya lagi, coklat ini diproduksi di Bali yang dimiliki Tobby Garrit sebagai Co-Founder & CEO Director PT Bali Coklat (Pod Chocolate).

Baca Juga: Rapolo Hutabarat: Kapasitas Oleokimia Berbasis Sawit Indonesia Terbesar di Dunia

Terkait hal ini, kalangan petani sawit meminta pemerintah terutama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk bertindak tegas terhadap produsen yang bersangkutan.

Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Manurung mengatakan untuk kesekian kali produk makanan (coklat) mendiskreditkan sawit. "Paling mengkangkangi adalah produk ini diproduksi di Indonesia, sama halnya kejadian 1 tahun lalu yang pabriknya ada di Yogyakarta. Padahal, Indonesia adalah negara terbesar penghasil CPO Dunia.” 

Dengan tegas Gulat mengatakan Petani Sawit Indonesia (APKASINDO) sebagai organisasi petani sawit terbesar di dunia memprotes dan sedang mempertimbangkan langkah hukum terhadap produk coklat ini.

"Kami menghimbau supaya memboikot produk coklat ini. Jelas sudah melanggar regulasi yang berlaku di Indonesia, kita tidak usah berbasa-basi dalam hal ini, harus tegas.”

Dikatakan Gulat, sesungguhnya kampanye negatif sawit Indonesia berasal dari dalam bangsa kita sendiri. Padahal hasil penelitian ilmiah dari berbagai kampus terbaik dunia dan lembaga riset lainnya, sudah jelas-jelas menyimpulkan bahwa sawit merupakan tulang punggung perekonomian, penyelamat hutan-hutan terlantar, dan sangat efektif menyerap CO2 dan menyumbangkan O2 dibandingkan tanaman kehutanan lainnya.

“Jelas ini motif dan modus politik perdagangan,” ujar Gulat.

“Pada tahun 2017, kami mulai memproduksi berbagai jenis coklat, bukan hanya coklat batangan biasa. Coklat yang digemari masyarakat biasanya memiliki kandungan lebih dari 50 persen gula (gula pasir), menggunakan susu hewani, dan mengandung minyak kelapa sawit. Persebaran coklat semacam itu ikut serta menyebabkan hilangnya lahan habitat orangutan, gajah, dan harimau,” seperti dikutip dari laman resmi Pod Chocolate.

Lebih lanjut Gulat meminta supaya pemerintah dalam hal ini BPDPKS lebih intens mengkampanyekan sawit. "Sawit itu baik dari sisi lingkungan, sosial dan ekonomi, ya karena salah satu tugas BPDPKS adalah diplomasi dan kampanye positif sawit,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: