Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begini Kalang-kabut Negara Uni Eropa Jika Penggunaan Minyak Sawit Dihapuskan

Begini Kalang-kabut Negara Uni Eropa Jika Penggunaan Minyak Sawit Dihapuskan Kredit Foto: Antara/Jojon
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kebijakan Uni Eropa yang melarang penggunaan minyak sawit sebagai biofuel pada 2030 mendatang sama sekali tidak memperbaiki sustainable global, baik dilihat dari aspek sosio ekonomis maupun perspektif lingkungan.

Lembaga konsultan Denmark, Copenhagen Economics (CE), yang merupakan konsultan Komisi Eropa sejak lama untuk masalah ekonomi dan topik-topik ilmiah telah melakukan riset terkait dampak yang ditimbulkan dari kebijakan Uni Eropa.

Baca Juga: Uni Eropa Butuh Nikel, Tapi Diskriminasi Sawit Indonesia

Dari hasil riset tersebut, dikemukaan beberapa poin penting diantaranya:

1. Sedikitnya 354 ribu pekerja di Uni Eropa bergantung pada perdagangan dengan Malaysia, Indonesia, dan Thailand.

2. Nilai ekspor sebesar 39,5 miliar Euro di seluruh sektor industri kunci di Uni Eropa bergantung pada perdagangan dengan Malaysia, Indonesia, dan Thailand.

3. Sekitar 18 ribu lapangan kerja di Uni Eropa berisiko terdampak tindakan balasan perdagangan jika biofuel berbahan dasar sawit dilarang.

4. Jerman berpotensi kehilangan 5.460 lapangan kerja dan ekspor senilai 626 juta Euro jika biofuel berbahan dasar sawit dilarang.

5. Inggris berpotensi kehilangan 1.752 lapangan kerja dan ekspor senilai 194 juta Euro jika biofuel berbahan dasar sawit dilarang.

6. Perancis berpotensi kehilangan 2.787 lapangan kerja dan ekspor senilai 309 juta Euro jika biofuel berbahan dasar sawit dilarang.

7. Italia berpotensi kehilangan 1,737 lapangan kerja dan ekspor senilai 193 juta Euro jika biofuel berbahan dasar sawit dilarang.

8. Spanyol berpotensi kehilangan 785 lapangan kerja dan ekspor senilai 87 juta Euro jika biofuel berbahan dasar sawit dilarang.

Managing Director and Partner at Copenhagen Economics, Martin H. Thelle, menyebutkan bahwa sulit terbantahkan jika lapangan pekerjaan penting dan pendapatan ekspor di seluruh Uni Eropa bergantung pada perdagangan dengan Malaysia, Indonesia, dan Thailand.

“Pengurangan dalam perdagangan bisa berdampak negatif terhadap ekspor termasuk pesawat terbang, otomotif, dan produk elektronik. Negara yang sangat bergantung pada perdagangan dengan Malaysia, Indonesia, dan Thailand adalah Jerman, Prancis, Inggris, Italia, dan Belanda. Pengurangan perdagangan senilai 2 miliar Euro bisa berdampak terhadap 18 ribu lapangan kerja yang terkait hubungan dagang di Eropa,” ujar Thelle seperti dilansir dari laman The Oil Palm. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: