Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jabar Ekspor 6 Ton Specialty Coffee ke Jerman

Jabar Ekspor 6 Ton Specialty Coffee ke Jerman Kredit Foto: Rahmat Saepulloh

Adapun, Pengurus PT Rimbun Jaya Abadi, Setra Djuhana menyebutkan Specialty Coffee dinilai unik karena tumbuh di iklim istimewa dan ideal, serta berbeda karena rasanya yang lengkap dan memiliki sedikit kecacatan atau bahkan tidak ada sama sekali. Rasa yang unik ini adalah hasil dari karakteristik dan komposisi tanah tempat kopi-kopi tersebut ditanam.

"Specialty Coffee merupakan segmen industri kopi yang paling cepat pertumbuhannya," tambahnya.

Setra menyebutkan selama ini jika ekspor kopi minimal pengiriman 1 kontainer. Sayangnya, permintaan tersebut tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan produksi dari petani kopi. 

Oleh karena itu, ke depan petani kopi akan berkolaborasi sehingga petani kopi skala kecil pun bisa mengekspor kopi asalkan memenuhi standarisasi yang sudah ditetapkan seperti harus akur, jujur dan teratur dalam pengiriman kopi.

"Kalau petani ini mengikuti prosedur yang ada maka kebutuhan kopi manca negara bakal terpenuhi," ungkapnya.

Dia mengakui potensi bisnis kopi spesial ini cukup menggiurkan dengan harga sekarung atau O,5 kg seharga Rp1 miliar. Artinya bisa empat kali lipat dibandingkan dengan jenis kopi lainnya. 

Ditanya soal peran pemerintah bagi petani kopi saat pandemi, ia menuturkan pemerintah banyak membantu dengan memberikan berbagai pelatihan termasuk memberikan regulasi untuk ekspor kopi Jawa Barat. 

"Insya Allah semua ada jalannya, tinggal kita para petani kopi berkolaborasi dengan baik sehingga bisa memenuhi pasar manca negara tanpa melupakan pasar domestik," ungkapnya.

Sementara itu, Owner Gravfarm Indonesia R Yugian Leonardy menambahkan yang dibutuhkan para petani kopi adanya jembatan untuk mempersatukan petani kopi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Ini sebetulya dilakukan oleh pemerintah dan asosiasi atau lembaga kecil yang menangani petani ini.

Yugian yang juga sebagai Ketua ASKI Asosiasi Kopi Indonesia DPD Jabar menambahkan ada beberapa langkah lain yang harus dilakukan petani sepeti kurasi dan  standarisasi sehingga bisa menembus pasar manca negara terlebih saat menghadapi pandemi Covid-19.

"Jadi kita harus jago bagaimana cara masuk ke pasar," ujarnya.

Untuk itu, dibutuhkan jembatan untuk menghubungkan mencapai pasar. Jangan sampai petani lebih fokus berproduksi tanpa berpikir tentang pasar. 

"Dia pikir pasar membutuhkan produk seperti ini padahal bukan," katanya.

Berkenaan dengan peran pemerintah untuk para petani kopi, ia menuturkan banyak pelatihan yang diberikan oleh pemerintah hanya permasalahannya bukan sebatas pelatihannya melainkan pengaplikasian yang masif kepada petani kopi.

"Karena sekarang lebih banyak petani yang langsung loncat ke enterpreneur sebetulnya jangan terlalu dipaksakan karena butuh proses. Karena jika tidak berproses kemungkinan gagalnya akan tinggi," jelasnya.

Dia menyarakan sebaiknya yang memberikan pelatihan bagi petani kopi adalah mereka yang sudah tersertifikasi dan memiliki pengalaman enterpreneur. 

"Pelatihan ini diberikan agar petani memiliki pengetahuan soal pembibitan, agrobisnis dan agroforestri," pungkasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: