Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sebulan Menghilang, Suu Kyi Akhirnya Nongol Juga dalam Persidangan Online

Sebulan Menghilang, Suu Kyi Akhirnya Nongol Juga dalam Persidangan Online Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Yangon -

Setelah tidak pernah kelihatan lagi batang hidupngnya pasca kudeta 1 Februari, pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi akhirnya muncul ke depan publik. Tapi, kemunculannya via video ini saat menjalani persidangan, Senin (1/3/2021).

Menurut salah satu pengacaranya, Min Min Soe, Suu Kyi tampak sehat saat muncul melalui konferensi video, untuk menjalani sidang perdana, mendengarkan dakwaan pascakudeta. Dia tampak bugar, meskipun terlihat lebih kurus.

Baca Juga: Antonio Gutteres Kutuk Perilaku Militer Myanmar: Hormati Keinginan Penuh Rakyat

Suu Kyi dilaporkan ditahan di Ibu Kota Myanmar, Naypyidaw. Sidang tersebut tak disiarkan untuk umum, melainkan hanya disaksikan kalangan tertentu. Suu Kyi, lanjut Min, juga telah meminta bertemu dengan tim kuasa hukumnya terkait sidang kasus ini.

Perempuan 75 tahun itu didakwa atas beberapa tuduhan. Pertama, mengimpor enam alat komunikasi walkie talkie secara ilegal serta menggunakannya. Setelah itu, dia didakwa melanggar UU bencana, dengan menggelar pertemuan yang melanggar protokol Covid-19.

Dalam sidang dakwaan kali ini, Suu Kyi mendapat dakwaan tambahan yakni mempublikasikan informasi yang dapat menyebabkan ketakutan atau bahaya.

Advokat veteran Hak Asasi Manusia, Khin Maung Zaw, berharap bisa diterima sebagai salah satu pengacara yang mendampingi Suu Kyi. Namun, pihak junta belum menyetujui permohonannya.

"Akan sangat tidak adil baginya (Suu Kyi) jika tidak segera didampingi pengacara yang dia percaya sepenuhnya," kata Maung Zaw kepada AFP, Senin (1/3/2021).

Pada 16 dan 17 Februari lalu, junta militer Myanmar juga telah menyidang Suu Kyi dan Presiden Win Myint secara diam-diam. Persidangan itu digelar sehari lebih cepat dari jadwal dan dilakukan tanpa sepengetahuan pengacara, setelah gerakan protes anti kudeta semakin meluas di Myanmar.

Sejauh ini, junta militer Myanmar dilaporkan telah menahan ratusan orang, termasuk pejabat sipil dan aktivis.

Jumlah korban meninggal dalam gelombang demo menentang kudeta sejak 1 Februari lalu juga bertambah dan diperkirakan mencapai total 24 orang. Laporan itu disampaikan oleh Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

PBB menuturkan, dalam demonstrasi akhir pekan lalu saja tercatat sebanyak 18 orang tewas dalam bentrokan antara pendemo dan aparat. Menurut mereka, selain jatuh korban jiwa, sebanyak 30 orang dilaporkan luka-luka dalam demonstrasi akhir pekan lalu.

Menurut PBB, jumlah korban meninggal dalam demo Myanmar pada akhir pekan lalu kemungkinan adalah yang tertinggi dalam satu hari. Jika benar, maka jumlah korban jiwa dalam gelombang unjuk rasa di Myanmar sampai saat ini sudah mencapai 24 orang.

Kantor HAM PBB juga menyatakan, mereka mencatat ada sekitar seribu orang yang ditangkap aparat dalam unjuk rasa pada Minggu kemarin.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: