Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mutasi Virus Biasa Saja, Varian Covid-19 Inggris Tak Mudah Jebol Pertahanan Vaksin

Mutasi Virus Biasa Saja, Varian Covid-19 Inggris Tak Mudah Jebol Pertahanan Vaksin Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertahanan vaksin yang sudah disuntikkan masih kuat melawan serangan virus Corona B.1.1.7.

“Berita baik buat kita semua, sebagian besar mutasi (virus Corona) tidak secara material mengubah virulensi atau kemam­puan virus untuk menimbulkan penyakit,” ujar Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito.

Baca Juga: Berusia Nyaris 100 Tahun, Lansia Tertua di Indonesia Ini Ikuti Vaksinasi Covid-19

Dia menjelaskan, perbedaan mutasi dan varian. Kata dia, mutasi adalah proses ter­jadinya kesalahan saat virus memperbanyak diri. Sehingga, kata dia, bentuk virus anakan tidak sama dengan virus aslinya atau parental strain.

Sedangkan varian, kata dia, virus yang dihasilkan dari mutasi Corona. Jika varian menunjukkan sifat fisik yang baik, jelas maupun samar, dan berbeda dengan virus aslinya. Varian juga dinamakan strain.

“Tujuan virus bermutasi, untuk beradaptasi dengan lingkungan. Terkadang virus dapat muncul dan bertahan. Tapi juga dapat muncul lalu menghilang. Ini karena tidak mampu menyesuaikan diri di lingkungan,” kata dia.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UIini menjelaskan, semakin sedikit keberadaan mutasi virus Corona, semakin efektif vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan bekerja dengan baik. Namun, bila mutasi virus Corona B117 menyebar, maka penanganan Covid-19 akan menjadi lebih sulit.

“Varian mutasi virus ini disebut lebih cepat menular dari satu orang ke orang lain. Jadi masyarakat harus tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” tandas Wiku.

Akun Elvin Aditya mengkatakan, efikasi vaksin yang sudah disuntikkan kepada para penerima sasaran tak berkurang meski dihadapkan dengan virus Corona B117. “Sehingga tidak mengganggu program vaksinasi yang sudah berjalan,” ujarnya.

Limbuk menyambung. Kata dia, vaksin yang digunakan sekarang masih efektif mencegah dari penularan mutasi virus covid-19 B117. Langkah pencegahannya juga, harus dengan protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak).

“Untuk mencegah penyebaran mutasi virus baru yaitu penguatan 5M. Yaitu, mencuci tan­gan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Juga 3T testing, tracing, dan treatment,” tambah Savitri Hariyani.

Menurut Seohos, mutasi virus sebenarnya wajar. Hanya saja, kata dia, beberapa mutasi virus seperti B117 menjadi lebih banyak sehingga penularannya bisa semakin intens. “Tapi tidak serta merta jadi lebih mematikan. Vaksin menstimulasi tubuh untuk membuat antibodi sesuai antigen virus,” jelas dia.

Adanya virus Corona varian baru B117, kata Bang Nalar, pemerintahan Jokowi tidak ting­gal diam. Pemerintah juga tidak menganggap sepele Covid yang bermutasi. “Tracing terus dilakukan. Dan vaksin yang sekarang diguna­kan masih efektif untuk mencegah penularan mutasi virus itu,” ujarnya.

Achsanul Qosasi menimpali. Dia mempertanyakan Covid varian baru asal Inggris B117. Kata dia, apakah varian tersebut nyata, atau sengaja dimunculkan sebagai isu medis, yang berujung bisnis? Atau, kata dia, karena kele­mahan pihak tertentu dalam “sistem karantina” yang tidak berjalan baik.

“Mohon Kemenkes, Satgas dan Kemenristek BRIN melakukan langkah analisa dan pencegahannya,” saran dia.

Bagus Ade Prakosa menjawab. Dia mengatakan, butuh sosok yang tegas, berani berdiplomasi seperti sosok Siti Fadilah Supari. Seharusnya, kata dia, pemerintah bercermin dari kejadian virus H5N1 Flu Burung yang justru dimanipulasi untuk kepentingan bisnis oleh WHO. “Pemerintah harus berani berdiplo­masi ke tingkat internasional, demi rakyatnya,” tandas dia.

Sementara Jonatan Sterling masih ragu dengan pernyataan Satgas Covid. Alasannya, pernyataan tersebut tidak dijelaskan, apakah sudah ada hasil uji vaksin terhadap varian Corona baru atau belum.

Christida Wastika menjelaskan, varian B.1.1.7 awalnya menjadi VOI karena memiliki beberapa mutasi yang krusial. Salah satunya pada protein S. Selain itu, kata dia, B.1.1.7 juga mendominasi varian virus yang diidentifikasi di Inggris. “Beberapa waktu kemudian, varian ini (B.1.1.7) menjadi VOC karena menurunkan efektivitas vaksin,” tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: