Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Ada yang Lebih Keras dari Bu Risma Tangani Pandemi Covid-19

Tak Ada yang Lebih Keras dari Bu Risma Tangani Pandemi Covid-19 Kredit Foto: Antara/Didik Suhartono
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengklaim sebagai sosok yang paling keras da­lam penanganan pandemi virus Corona (Covid-19). Hal itu ia lakukan ketika masih menjabat sebagai wali kota Surabaya.

Risma mengaku, ketika itu dirinya kerap melakukan razia protokol kesehatan pencega­han Covid-19 di sejumlah lokasi yang menjadi tempat kumpul anak muda di Kota Pahlawan itu.

Baca Juga: Santunan Pasien Covid-19 Meninggal Distop, Mensos Risma Bilang Karena...

“Saat saya menjadi wali kota Surabaya, teman-teman Badan Nasional Penanggulangan Bencana hafal, saya paling keras menangani pandemi ini, mungkin tidak ada yang sekeras saya,” kata Risma dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2021 yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB, kemarin.

Risma mencontohkan sampai pernah beradu mulut dengan para pemuda yang kedapatan tak mematuhi protokol kesehatan. Ia menyampaikan tentang risiko penularan Covid-19 yang tinggi di lingkungan keluarga ke para anak muda tersebut.

“Saya jelaskan, ‘Nak, kamu masih muda, kamu kuat. Tapi kalau kamu kena dan pulang, kamu menularkan orang tuamu, kalau terjadi apa-apa kepada orang tuamu, kamu seperti apa? Langsung mereka ‘iya, maaf bu maaf,” ujarnya.

Tak hanya itu, Risma meng­klaim dirinya juga berhasil menurunkan laju penularan virus Corona secara drastis selama memimpin Surabaya. Bahkan, kala itu Surabaya sempat dikategorikan menjadi zona hitam, sebab tingkat penularan yang sangat tinggi.

Kota Surabaya pada 1 Juni 2020 memang masuk kategori zona hitam penyebaran virus Vorona berdasarkan data Pemprov Jawa Timur. Saat itu, kasus di Surabaya mencapai 2.633 orang, padahal di kabupaten/kota lain mayoritas masih ratusan kasus.

Politikus PDIP itu mengakui kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kota Surabaya itu memang tinggi saat itu. Namun, katanya, kasus Covid-19 tinggi lantaran pihaknya menggencarkan tes cepat atau rapid test hingga tes swab massal secara gratis di berbagai titik.

“Saya bisa membuktikan bahwa Surabaya turun drastis saat itu, dari yang merah, hitam, kemudian berangsur-angsur, bahkan sempat jadi kuning waktu saya tinggal dan saya kembali ke Jakarta,” katanya.

Risma meminta seluruh pihak bekerja sama mengen­dalikan pandemi dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan tak menunda mengikuti program vaksinasi Covid-19. Menurutnya, apabila vaksinasi tertunda, penyebaran virus semakin tak terkendali.

“Karena itu ada beberapa negara bahkan mereka menyam­paikan kami akan hidup ber­dampingan dengan pandemi,” ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: