Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bentangkan 1.000 Spanduk, Aliansi Rakyat Tolak Merger Pegadaian dan BRI

Bentangkan 1.000 Spanduk, Aliansi Rakyat Tolak Merger Pegadaian dan BRI Kredit Foto: Dok. Aliansi Rakyat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kelompok aktivis pro rakyat  menolak holding BRI dan Pegadaian yang digagas Kementerian BUMN. Mereka menilai holding itu akan mengabaikan nasib rakyat kecil yang selama ini terbantu dengan kehadiran Pegadaian.

Sebagai bentuk aksi penolakan, kelompok Aliansi Rakyat Peduli BUMN (AR BUMN) memasang 1.000 spanduk di Jabodetabek.

Koordinator ARP BUMN, Jati Pramestianto, mengungkapkan, selain memasang spanduk, mereka juga akan mengajak kaum buruh, aktivis dan mahasiswa untuk bergabung dalam aksi ini. Baca Juga: Buka-bukaan Erick Thohir Soal Alasan Merger BRI, PNM, dan Pegadaian

Aliansi Rakyat Peduli BUMN, kata Jati, menyesalkan rencana holding BRI dan Pegadaian. Keduanya adalah entitas bisnis yang berbeda. Pastinya juga aksi holding ini sama saja dengan privatisasi saham kedua BUMN yang selama ini bersentuhan dengan usaha mikro dan melayani kebutuhan dana rakyat kecil tersebut.  Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir: Sinergi BRI, PNM dan Pegadaian Bakal Ciptakan Pebisnis Baru

“Ini sama saja dengan privatisasi terselubung terhadap Pegadaian, meskipun kepemilikan saham oleh negara di BRI dominan. Saya khawatir hal itu akan mengubah fokus bidang usaha  BUMN pembiayaan usaha mikro tersebut,” tegas Jati yang semasa mahasiswa pernah memimpin aksi mogok makan ini.

Menurut Jati, selama ini Pegadaian memiliki peranan penting dalam mendukung ekonomi kerakyatan, lantaran turut melayani masyarakat yang tidak bisa dilayani bank. Pegadaian  juga berperan penting dalam membantu mencegah masyarakat terhindar dari jeratan rentenir.

“Kami rakyat yang selama ini terbantu dengan Pegadaian khawatir nantinya akan ada frame bisnis yang berubah," tegas Ketua Yayasan Jurnalis Blogger dan Penulis Indonesia ini.

Selama ini ucap Jati, performa Pegadaian sangat baik. Tidak ada alasan harusnya rencana holding itu. Semestinya holding BUMN ultra mikro itu fokus pada upaya memperbesar kredit atau bantuan modal bagi usaha mikronya. Bagaimana UMKM yang selama ini kesulitan mengakses permodalan dibantu dan dibimbing, termasuk usaha pertanian dan nelayan yang selama ini BRI saja kesulitan menyentuh mereka.

“Ini kok malah mendahulukan privatisasi sahamnya, ketimbang fokus pada upaya permodalan UMKM, " papar aktivis Front Pemuda Marhaen ini.

Jati mengungkapkan, Pegadaian sejak didirikan membawa misi khusus, yaitu memerangi praktik ijon, rentenir, dan lintah darat, serta fokus pada masyarakat menengah ke bawah, tidak hanya ultra mikro saja.

Dengan begitu, kurang layak jika Pegadaian digabungkan ke dalam Holding Ultra Mikro karena nasabah yang mereka pegang tidak terbatas hanya pada ultra mikro saja, dan persentase nasabah ultra mikro kecil di sana.

Selain itu, pola kredit gadai di perbankan menurutnya juga berbeda dengan kredit mikro yang diberikan oleh perbankan. Kredit gadai, hanya sebagai jembatan dari kebutuhan mendesak masyarakat.

"Karakter kredit gadai, sangat berbeda jauh dengan kredit mikro atau perbankan. Karena sifatnya bridging, untuk keperluan mendesak," ucapnya.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: