Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jelang Ketemu China, AS Bakal Angkat Isu Genosida Muslim Uighur karena...

Jelang Ketemu China, AS Bakal Angkat Isu Genosida Muslim Uighur karena... Kredit Foto: China Daily
Warta Ekonomi, Washington -

Amerika Serikat (AS) menyatakan, genosida Uighur di Xinjiang akan menjadi salah satu masalah yang dibahas dalam pertemuan dengan China. Pejabat AS dan China akan melakukan pertemuan pada pekan ini di Alaska.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan akan bertemu dengan Direktur Kantor Komisi Pusat Luar Negeri China ,Yang Jiechi, dan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi pada 18 Maret di Alaska.

Baca Juga: Ramalkan Ketegangan Singapura-China Meningkat, Hsien Loong: Risiko Semakin Parah...

"Saya tahu bahwa menangani genosida terhadap Muslim Uighur adalah sesuatu yang akan menjadi topik diskusi langsung dengan China," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (15/3/2021).

"Posisi AS yang pasti adalah bahwa apa yang terjadi adalah genosida, dan kami akan mencari peluang untuk bekerja dengan mitra lain untuk memberikan tekanan tambahan pada China. Tapi, kita juga akan angkat secara langsung dan akan menjadi topik pembahasan minggu depan,” sambungnya.

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan, Washington belum mengubah penilaiannya bahwa ada genosida terhadap Muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya di Xinjiang.

Ketika ditanya apakah "genosida" sedang berlangsung, Price menjawab bahwa pihaknya tidak melihat apa pun yang akan mengubah penilaian mereka.Baca juga: Ketegangan Meningkat, AS-China Sepakat Bertemu di Alaska

Wilayah Xinjiang adalah rumah bagi sekitar 10 juta orang Uighur. Kelompok itu, yang membentuk sekitar 45% dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh otoritas China melakukan diskriminasi budaya, agama, dan ekonomi.

Menurut pejabat AS dan pakar PBB hingga satu juta orang, atau sekitar tujuh persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah ditahan dalam jaringan kamp "pendidikan ulang politik" yang meluas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: