Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Serang Industri yang Tangani COVID, Hacker Kumpulkan Cuan Jutaan Dolar

Serang Industri yang Tangani COVID, Hacker Kumpulkan Cuan Jutaan Dolar Kredit Foto: Reuters/Chris Helgren
Warta Ekonomi, Jakarta -

IBM Security menyoroti perubahan serangan siber pada 2020 dalam Indeks Intelijen Ancaman X-Force 2021. Hasilnya, ternyata serangan siber terhadap industri kesehatan, manufaktur, dan energi meningkat 2 kali lipat dari tahun sebelumnya.

Bahkan, pada 2020, sektor manufaktur dan energi merupakan industri jadi korban; urutan kedua setelah sektor keuangan dan asuransi. Peretas memanfaatkan hampir 50% dari peningkatan kerentanan dalam sistem kontrol industri (ICS).

"Pada dasarnya, pandemi membentuk kembali infrastruktur kritis saat ini, lalu penyerang memperhatikannya. Viktimologi penyerangan bergeser saat peristiwa COVID-19 merebak," ujar Global Threat Intelligence Lead, IBM Securiry X-Force, Nick Rossmann, dikutip Kamis (18/3/2021).

Baca Juga: Morgan Stanley Kenalkan Investasi Bitcoin ke Klien Jutawan

Baca Juga: Haduh, Gegara Sanksi Amerika ke China, Pasokan Chip Produsen HP Ini Jadi Terbatas

Laporan IBM juga menyebutkan sejumlah poin penting terkait penyerangan di dunia maya, yakni:

  • Penjahat cyber mempercepat penggunaan malware linux

Ada peningkatan 40% pada malware soal Linux selama setahun terakhir serta peningkatan 500% malware dalam bahasa Go pada paruh pertama 2020. Kondisi itu mendorong penyerang mempercepat migrasi ke malware linux.

  • Pandemi menggerakkan pemalsuan merek teratas

Ketika pembatasan sosial terjadi dan pekerjaan jarak jauh menjadi tren, merek yang menawarkan alat kolaborasi seperti Google, Dropbox, dan Microsoft jadi merek yang paling banyak dipalsukan. Begitu juga dengan Youtube, Facebook, Amazon, dan PayPayl.

  • Kelompok ransomware megnuangkan model bisnis yang cuan

Ransomware jadi penyebab hampir 1 dari 4 serangan yang X-Force tanggapi pada 2020. X-Force memperkirakan kelompok tersebut meraup lebih dari 123 juta dolar AS pada tahun lalu. Sekitar 2 per 3 korbannya membayar uang tebusan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: