Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Orang Asia di AS Makin Terpojok, China Makin Geram: Bahaya Besar...

Orang Asia di AS Makin Terpojok, China Makin Geram: Bahaya Besar... Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter
Warta Ekonomi, Beijing -

China mengutuk lonjakan kejahatan rasial anti Asia di Amerika Serikat (AS). Beijing pun mengimbau Washington untuk mengatasi masalah tersebut pada malam pembicaraan tatap muka pertama antara Beijing dan Washington sejak Presiden Joe Biden menjabat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan kepada wartawan bahwa diskriminasi terhadap orang Amerika keturunan Asia, termasuk terhadap orang China, telah meningkat di AS selama periode waktu terakhir, dan mengatakan bahwa jumlah kejahatan rasial yang kejam juga telah meningkat.

Baca Juga: Perhatian, Uni Eropa Blacklist Pejabat China Atas Pelanggaran HAM Uighur

"Para tetua etnis Asia yang tak berdaya telah diserang secara brutal, nyawa mereka berada dalam bahaya besar," kata Zhao.

"Tindakan keji seperti itu, lahir dari diskriminasi yang tidak masuk akal, membuat kami geram dan sedih," imbuhnya seperti dikutip dari Newsweek, Jumat (19/3/2021).

Dia kemudian merujuk pada sejarah permasalahan perselisihan etnis di AS, yang sistemnya telah diganggu oleh kekerasan dan diskriminasi terhadap berbagai kelompok minoritas, terutama orang kulit hitam, untuk waktu yang lama tanpa diperhatikan.

"Protes Black Lives Matter, yang dipicu oleh kematian orang Afrika-Amerika George Floyd setelah seorang perwira polisi kulit putih mencekik lehernya dengan lutut, telah melanda 50 negara bagian di AS dan mengejutkan seluruh komunitas internasional," ujar Zhao.

"Kekejaman seperti itu juga dikecam oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Kami berharap pihak AS akan mendengarkan tangisan rakyatnya sendiri dan komunitas internasional," sambungnya.

Pernyataan Zhao muncul dua hari setelah seorang pria kulit putih menembak mati delapan orang, enam di antaranya wanita Asia-Amerika, di tiga spa di Atlanta, Georgia.

Sementara otoritas lokal belum secara resmi mengaitkan pembunuhan itu dengan rasisme, sejumlah selebritas, anggota parlemen, dan pejabat sejak itu mengeluarkan pernyataan yang mengaitkan pembantaian itu dengan gelombang kejahatan rasial anti-Asia yang lebih besar.

Dalam komentarnya, Zhao menyalahkan pemerintahan sebelumnya dari mantan Presiden Donald Trump, yang sering menyebut penyakit COVID-19 sebagai "virus China" dan dengan istilah lain yang merendahkan, serta istilah lain di AS yang mendorong narasi politik anti-China.

"Saya harus menunjukkan bahwa beberapa politisi di pemerintahan AS terakhir dan beberapa kekuatan anti-China di AS, yang berpegang pada pola pikir zero-sum game dan prasangka ideologis mereka, telah mengarang dan menyebarkan kebohongan dan disinformasi tentang China, mengipasi rasisme dan kebencian, memaafkan perilaku diskriminatif terhadap warga negara China di AS termasuk mahasiswa China, dan bahkan memata-matai, melecehkan, memeriksa silang, dan menangkap mereka tanpa alasan sama sekali," tutur Zhao.

Dia mendesak kepemimpinan AS saat ini untuk mengambil tindakan perbaikan, dan melindungi warga Chinanya.

"Pihak China sangat prihatin atas hal ini," cetus Zhao.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: