Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Surya Esa Perkasa Yakin Peluang Lonjakan Harga Amonia Global di Depan Mata

Surya Esa Perkasa Yakin Peluang Lonjakan Harga Amonia Global di Depan Mata Kredit Foto: Dok. ESSA
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) melihat adanya peluang kenaikan harga dan permintaan amonia global di tengah keterbatasan pasokan. Selain itu, ada pula potensi untuk mengembangkan amonia biru di fasilitas produksi perusahaan sebagai alternatif energi rendah karbon pada masa mendatang.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ESSA, Vinod Laroya, mengamini bahwa pandemi Covid-19 telah menekan harga amonia secara signfikan sehingga terjadi perlambatan selama tahun 2020. Kendati begitu, industri amonia dinilai mampu bertahan menghadapi pandemi. Baca Juga: Fakta Terbaru Skandal BATA Digugat PKPU: Ternyata Ada Perselisihan....

"Menurut kami pasar Amonia relatif mampu bertahan terhadap pandemi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan kembali harga Amonia secara tajam sejak Januari 2021 yang didorong oleh masalah hambatan pasokan serta karena memasuki masa awal pemulihan permintaan," tegasnya pada Senin, 22 Maret 2021. Baca Juga: Dolar AS Murka ke Mata Uang Dunia, Nasib Rupiah Ikut Menderita?

Anak usaha ESSA yaitu PT Panca Amara Utama (PAU), yang terletak di Luwuk, Banggai, Sulawesi Tengah ini merupakan pabrik Amonia pertama di dunia yang menggunakan teknologi terbaru dan paling efisien pemakaian bahan bakarnya bernama KBR Reforming Exchanger System (KRES) dan Purifier Technology. Perseroan berupaya memanfaatkan basis operasionalnya yang kokoh untuk membangun generasi produk berikutnya, khususnya Amonia Biru.

“Pada 18 Maret 2021 lalu, ESSA melalui PAU telah menandatangani MoU tentang Pengumpulan, Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon (Carbon Capture, Utilization & Storage /CCUS) bersama dengan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC), Mitsubishi Corporation (MC), dan Institut Teknologi Bandung (“ITB”) untuk mengembangkan produksi Amonia rendah karbon atau dikenal sebagai Amonia Biru di Indonesia. Hal ini menegaskan komitmen kami dalam menciptakan masa depan berkelanjutan sambil memperluas jangkauan pasar Amonia saat ini,” lanjutnya.

Sementara itu, dari sisi kinerja keuangan, berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi audit per 31 Desember 2020, ESSA berhasil membukukan pendapatan sebesar USD 175,5 juta pada tahun 2020, turun sebesar 21% dibandingkan pada tahun 2019 sebesar USD 221,9 juta. ESSA mencatatkan rugi bersih pada tahun 2020 sebesar USD 33,6 juta.

Kendati terjadi pelemahan harga serta penurunan produksi Amonia di tahun 2020 akibat Covid19 dan masalah terkait lainnya, ESSA berhasil mempertahankan kinerja operasionalnya pada tahun 2020 di tengah kondisi global yang kurang kondusif dengan mencatatkan produksi LPG sebesar 61.448 MT (-17,9% dari 74.871 MT di 2019), produksi Kondensat sebesar 139.961 barel (-15,1% dari 164.948 barel di 2019), dan produksi Amonia sebesar 659.734 MT (-13,9% dari 766.988 MT di 2019). Semua ini dijalankan sambil tetap mempekerjakan semua pekerjanya serta menyediakan perawatan kesehatan dan standar keselamatan dengan kualitas terbaik.

“Ke depan, ESSA akan terus meningkatkan kinerjanya seiring dengan pemulihan harga dan permintaan di pasar global. Dengan rekam jejak produksi yang kuat, budaya karyawan dan tim manajemen yang telah mampu melalui tahun 2020 yang sulit, kami siap untuk terus menciptakan pertumbuhan di masa mendatang,” tutup Vinod.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: