Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kol Stories x Ryan Filbert: Mending Jadi Investor Apa Trader Ya?

Kol Stories x Ryan Filbert: Mending Jadi Investor Apa Trader Ya? Kredit Foto: Instagram Ryan Filbert
Warta Ekonomi, Jakarta -

Investasi menjadi salah satu pembicaraan yang populer belakangan ini. Karena, investasi diyakini menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan seseorang untuk mengembangkan pundi-pundinya. Kegiatan investasi sendiri dilakukan dengan mengalihkan uang menjadi aset atau barang yang diperoleh dengan tujuan menghasilkan sejumlah keuntungan di masa mendatang yang disebut juga sebagai apresiasi. Apresiasi mengacu pada peningkatan nilai aset dari waktu ke waktu.

Investasi kini sedang digandrungi kaum milenial, terutama berinvestasi di pasar modal. Hal tersebut disebabkan oleh makin terbukanya kesadaran bahwa menyimpan uang di tabungan saja tidak cukup. Tidak heran masyarakat Indonesia yang makin cerdas dan melek investasi mengalami pergeseran gaya hidup. Gaya hidup masyarakat dalam hal pengelolaan keuangan lambat laun mulai berubah dari saving society menjadi investing society.

Baca Juga: IHSG Terkapar Lagi, Harga Saham-saham Perusahaan Milik Para Konglomerat Berjatuhan

Namun, yang perlu disadari adalah karena yang namanya investasi pasti berorientasi pada potensi pertumbuhan atau pendapatan di masa depan, selalu ada tingkat risiko tertentu terkait dengan investasi. Sebuah investasi mungkin tidak menghasilkan pendapatan apapun, atau mungkin benar-benar kehilangan nilainya seiring waktu.

Di pasar modal sendiri ada dua jenis karakter orang berinvestasi, yakni investor atau trader. Investor cenderung lebih pasif dalam menempatkan dana investasinya. Maksudnya, investor hanya akan memilih saham-saham yang memiliki fundamental baik. Setelah itu, dia akan mengendapkan uang itu untuk jangka menengah panjang.

Sementara, trader saham cenderung aktif dalam perdagangan demi bisa menikmati cuan dalam waktu singkat. Sesuai namanya, trader adalah pedagang yang mengambil untung dari transaksi jual dan beli. Trader biasanya menempatkan dana di instrumen saham dalam jangka pendek. Tujuannya adalah untuk bisa mendapatkan capital gain dari saham yang dibeli.

Lalu, mana yang lebih baik, menjadi investor atau trader? Untuk itu, Warta Ekonomi melalui KOL Stories mengajak praktisi dan inspirator Investasi Indonesia Ryan Filbert yang dikenal lewat akun instagram @Ryanfilbert ini untuk membahas terkait topik Mending Jadi Investor Apa Trader Ya?

Dalam kaca mata Mas, apa sih sebenarnya investasi itu?

Nah, jadi yang namanya investasi itu ibaratnya "jago nahan keinginan". Jika kita ingin memiliki kekayaan jangka pendek dan jangka panjang, yang bisa diselesaikan dengan investasi adalah kekayaan jangka panjang. Jadi, misalnya kita 10 tahun lagi ingin seperti ini, itu bisa diselesaikan dengan sebuah kebiasaan yang dinamakan investasi.

Misalnya, 10 tahun lagi saya ingin punya rumah yang harga rumahnya saat ini adalah Rp1 miliar. Saya bisa menghitung nanti 10 tahun lagi kenaikannya menjadi Rp3 miliar, dan jika harus terpenuhi dalam waktu 10 tahun atau dengan kata lain 120 bulan, saya harus menemukan, saya harus investasi berapa rupiah per bulannya.

Pertama, investasi itu ada karena keinginan untuk memiliki sesuatu. Kedua, adalah keinginan agar uang bekerja untuk kita. Misalnya, saya ingin saat pensiun nanti saya tidak perlu untuk mencari bekerja kembali. Jadi, siapa yang bekerja? Kita harus bisa membuat uang bekerja untuk kita.

Caranya bagaimana? Bisa dengan deposito, bisa dalam bentuk tabungan seperti emas, atau kita juga bisa membeli saham dividen tertentu. Siapa pun yang ingin memiliki masa depan, jawabannya adalah harus investasi. Karena, masa depan bisa diselesaikan dengan investasi.

Nah, kalau berdasarkan pandangan seorang Ryan Filbert sendiri, sebenarnya apa sih trader dan investor itu? Lalu, apa perbedaan di antara keduanya?

Bagi orang awam, menjadi investor dan trader itu lebih mudah untuk menjadi seorang trader. Mengapa? Karena trading itu faktornya hanya grafik harga dan volume perdagangan. Sementara, jika berinvestasi, kita masuk ke dalam rasio keuangan dan asumsi yang jauh lebih subjektif. Pada akhirnya, saya mengatakan bahwa trader itu adalah pedagang, tetapi tidak semua orang ahli berdagang. Karena untuk menjadi seorang trader itu butuh selera.

Jadi, jika Anda tidak suka melihat pasar setiap hari karena Anda sibuk, atau ketika Anda saat melihat pasar itu sering merasa deg-degan, itu semua merupakan ciri-ciri seseorang yang tidak cocok menjadi trader. Semua orang pasti ingin keuntungan besar, tetapi jangan lupa keuntungan tersebut dikompensasikan dengan waktu yang harus Anda buang, fokus yang harus lebih tinggi, dan Anda butuh metode untuk dapat berdagang dengan baik.

Sementara, investasi tidak membutuhkan metode, melainkan kedisiplinan. Karena, trading itu jelas membutuhkan analisa mengapa suatu saham disebut murah, dasarnya pun ada, dan rasio apa yang digunakan sehingga bisa dikatakan murah.

Kadang-kadang saham itu membuat segala sesuatunya menjadi terasa keren. Saya kembali akan menjelaskan dalam bentuk analogi bahwa saya memiliki dua pilihan seperti ini: pilihan pertama, saat saya ingin berdagang sapi, saya membeli sapi kemudian saya jual menjelang hari raya dan pilihan kedua, saya ingin membuka pabrik pengolahan susu sapi.

Kira-kira yang akan mendapat untung lebih cepat itu saat saya berdagang sapi atau membuat pabrik susu sapi? Jawabannya adalah dengan berdagang. Jika saya melihat bahwa harga sapi sedang turun, saya akan membelinya. Saya juga harus mengerti bahwa ada harga murah dan ada harga mahal untuk sebuah sapi.

Baca Juga: KOL Stories x Gemathebillionaire: Dompet Tipis, Emang Bisa Buka Bisnis?

Namun, dengan berinvestasi membuat pabrik susu itu membutuhkan waktu yang lebih panjang. Mengapa dengan berdagang itu cepat mendapat untung? Karena potensinya ada di depan mata. Selesai dibeli, marjinnya sudah tahu, bisa dijual. Sementara, investasi itu perlu waktu, sampai bisa menghasilkan keuntungan masih memerlukan waktu yang panjang.

Melihat kondisi saat ini, lebih baik mana menjadi trader atau investor?

Dari pengalaman saya di dunia investasi, yang akan saya katakan adalah semua orang itu cocok untuk melakukan investasi, tetapi tidak semua orang cocok untuk trading saham. Sebenarnya, investasi itu tidak sulit karena yang dibutuhkan adalah membeli barang investasi itu sendiri. Namun, yang dinamakan berdagang, kita perlu suatu skill.

Saat ini, index sedang merah dan sudah pasti 99 persen itu merupakan mental seorang trader. Karena yang melihat pasar setiap saat dan merasa panik jika turun dalam satu hari itu adalah sudut pandang seorang trader. Jika seorang investor melihat pasar yang sedang turun 15 atau bahkan 5 persen saja, ia akan langsung mengambil suatu tindakan.

Adakah saham-saham yang bisa direkomendasikan untuk trader? Kemudian saham apa yang masih potensial untuk investor?

Baik untuk trader maupun investor, memiliki guidance yang sama dalam memilih saham. Jadi dalam trading, saya tidak suka mencari saham yang belum teruji secara laporan keuangannya karena itu merupakan bagian dari demand dan supply. Jika sahamnya terlalu kecil sehingga pemain "big fund" tidak masuk, kita akan rawan untuk saling melawan satu dengan yang lain. Jadi, saya selalu menghindari transaksi di saham kecil.

Saya selalu melakukan transaksi pada saham yang besar, mungkin rata-rata transaksi setiap harinya di atas Rp50 miliar. Itu jelas membuat kita lebih enak untuk melakukan pembelian dan penjualan. Untuk itu, saya sarankan kepada teman-teman untuk mencari saham LQ45, tetapi jangan mencari LQ45 dalam 1 tahun atau pun 2 tahun. Cari saham LQ45 yang sudah ada selama 5 tahun, lebih hebat lagi 10 tahun. Itu akan membuat Anda melakukan konsep pasar persaingan sempurna, bukan konsep perbandaran sempurna.

Investasi itu memiliki alasan yang cukup jelas karena semua orang akan mencari saham yang bagus untuk disimpan. Jadi jika Anda melihat secara likuiditas di saham LQ45 dan laporan keuangannya selalu disubmit tepat waktu, itu akan membuat Anda berinvestasi pada saham yang selalu bertumbuh atau disebut sebagai growth stock.

Apakah bisa menjadi trader dan investor di saat yang bersamaan? Atau ada jenis orang yang berinvestasi menggunakan kombinasi antara trading dan investasi?

Saya pribadi mengutarakan bahwa lebih baik menjadi seorang investor, apalagi tidak memiliki waktu, tidak mau belajar, tidak mau menganalisa, dan trader butuh itu semua. Kemudian seorang trader juga butuh psikologis yang bagus karena di saat indeks sedang merah, Anda tidak terburu-buru untuk menjualnya tanpa analisa dan alasan yang jelas. Jadi, jika Anda tidak memenuhi itu semua, jangan menjadi seorang trader karena akan banyak ruginya. Cara tercepat menghasilkan uang sudah pasti dari berdagang.

Jadi, jika Anda membutuhkan cara untuk men-generate uang lebih cepat, Anda harus sering melakukan transaksi. Dalam melakukan transaksi, sudah pasti ada risikonya. Contoh, saat Anda menyeberang jalan satu kali, risiko Anda tertabrak adalah satu kali. Namun, jika Anda bolak balik menyeberang jalan, risikonya akan bertambah. Hal itu berlaku juga saat Anda memutuskan untuk terjun ke dunia trading.

Adakah pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada para penonton?

Saya akan berpesan kepada teman-teman semua, Anda harus perjelas tujuan Anda. Karena jika Anda sendiri tidak jelas tujuannya apa, bagaimana caranya Anda bisa menentukan pilihan dengan baik? Ada orang yang hanya peduli dengan uang saja, yang penting untungnya besar, tetapi lupa risikonya besar. Anda boleh mulai dengan investasi, tetapi jika tidak yakin dengan saham, mulailah dengan emas. Jadi, mulai lakukan rencana dalam hidup Anda. Karena kalau tidak dilakukan hari ini, Anda akan menyesal di kemudian hari.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: