Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank Dunia : Tata Kelola Kelautan RI Belum Berkelanjutan

Bank Dunia : Tata Kelola Kelautan RI Belum Berkelanjutan Kredit Foto: Reuters/Johannes Christo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonomi laut yang berkelanjutan sangat penting bagi Indonesia untuk mewujudkan masyarakat pesisir yang sejahtera, lingkungan laut yang sehat, dan perekonomian nasional yang berkembang.

Hal ini diuraikan dalam laporan Laut untuk Kesejahteraan: Reformasi untuk Ekonomi Biru di Indonesia yang dirilis oleh Bank Dunia pada Kamis (25/3/2021).

Baca Juga: Duh, Bank Dunia Bilang Lemahnya Tujuan Inovasi Perbesar Tantangan Ekonomi Negara Berkembang Asia

Bank Dunia melihat peran laut sangatlah pentig bagi kesejahteraan Indonesia, dengan sektor perikanan senilai US$ 27 miliar dollar dan menghidupi 7 juta tenaga kerja serta mememenuhi lebih dari 50%  kebutuhan protein hewani di Indonesia.

Namun, terdapat tantangan bagi ekosistem laut dan pesisir, yang apabila tidak dikelola secara berkelanjutan yang dapat mengurangi potensi ekonomi laut Indonesia. Sekitar 38% dari ikan ditangkap melebihi kemampuan ekosistem untuk mengembalikan jumahnya (overfishing), sekitar sepertiga dari terumbu karang yang berharga bagi Indonesia berada dalam kondisi kurang baik,  ekosistem pesisir yang penting, seperti mangrove, mengalami pengurangan yang besar dan sampah laut yang  menimbulkan kerugian bagi perekonomian Indonesia senilai lebih dari US$ 450 juta setiap tahunnya.

Beberapa destinasi wisata laut dan pesisir juga telah menunjukkan dampak dari pengunjung yang terlalu padat dan belum memiliki infrastuktur dasar yang memadai. Untuk mendukung berbagai strategi dan kegiatan pemerintah Indonesia, laporan ini mengusulkan beberapa rekomendasi.

Untuk mendukung sektor perikanan yang berkelanjutan dan produktif, pemerintah dapat menerapkan sistem Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Indonesia dan memperkuat area taman laut yang terus berkembang, dengan memanfaatkan potensi dukungan dari dana abadi nasional dan kemitraan dengan sektor swasta. 

Selain itu langkah memperluas moratorium alih fungsi hutan primer hingga meliputi seluruh ekosistem mangrove dapat mencegah kerusakan mangrove, serta mendukung sasaran restorasi mangrove yang ada saat ini.

Laporan ini juga merekomendasikan langkah-langkah untuk mengurangi sampah plastik di laut, termasuk dengan menetapkan persyaratan minimum kandungan bahan daur ulang di dalam produk-produk tertentu dan memperluas larangan penggunaan produk-produk plastik yang dapat digantikan.

Upaya untuk mengatur arus pengunjung ke destinasi wisata pesisir dan laut juga dapat ditingkatkan.

Sebagai bahan informasi berbagai investasi dan kebijakan nasional, serta agar Indonesia dapat memanfaatkan peluang keuangan biru, maka pemerintah dapat melanjutkan upaya untuk meningkatkan data dan penghitungan jasa ekosistem, seperti potensi karbon yang tersimpan, habitat bagi keanekaragaman hayati, dan perlindungan dari badai.

“Di tingkat global, reformasi yang mendorong ekonomi laut yang berkelanjutan telah terbukti dapat mengembangkan potensi ekonomi laut sekaligus mengatasi perubahan iklim, memenuhi kebutuhan bagi ketahanan pangan dan keanekaragaman hayati,” Kaya Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen.

Satu menambahkan investasi yang berkelanjutan dalam keterampilan, kelembagaan, infrastruktur, dan layanan akan membantu Indonesia memanfaatkan sumber daya lautnya secara berkelanjutan dan menyeluruh.

“Selain itu, di masa pasca pandemi COVID-19, kegiatan restorasi dan konservasi ekosistem pesisir dan laut dapat membantu menyediakan pekerjaan jangka pendek sembari memperkuat ketahanan dalam jangka Panjang,”pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: