Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Guru Pamerkan Kartun Nabi Muhammad di Depan Murid, Protes Orang Tua Membludak

Guru Pamerkan Kartun Nabi Muhammad di Depan Murid, Protes Orang Tua Membludak Kredit Foto: Unsplash/Chris Lawton
Warta Ekonomi, London -

Sebuah sekolah di West Yorkshire, Inggris, didemo komunitas Muslim setempat setelah seorang guru di sekolah tersebut mempertontonkan kartun Nabi Muhammad yang tidak pantas. Kartun yang dipertontonkan itu diambil dari surat kabar satire Prancis, Charlie Hebdo.

Kepala sekolah telah meminta maaf kepada para orang tua siswa. Sedangkan guru yang mempertontonkan kartun itu diskors sambil menunggu penyelidikan formal.

Baca Juga: Gila! Siswi Prancis Rupanya Sebar Hoaks Pemenggalan Guru karena Kartun Nabi Muhammad

Gary Kibble, kepala sekolah tata bahasa Batley, meminta maaf kepada orangtua atas penggunaan yang tidak tepat dari kartun tersebut selama pelajaran pelajaran agama pekan ini yang memicu protes di luar sekolah pada Kamis pagi.

"Setelah diselidiki, jelas bahwa sumber yang digunakan dalam pelajaran benar-benar tidak tepat dan memiliki kapasitas untuk menyebabkan pelanggaran besar bagi anggota komunitas sekolah kami yang ingin kami sampaikan permintaan maaf yang tulus," kata Kibble dalam email dikirim ke para orangtua, yang menjanjikan penyelidikan lebih lanjut.

Gambar-gambar di media sosial menunjukkan sekitar 30 hingga 40 pengunjuk rasa, banyak yang mengenakan masker, berdemo di luar sekolah. Pasukan polisi berjaga di pintu masuk sekolah dan jalan di luar sekolah.

Huddersfield Examiner melaporkan dari sekolah bahwa protes berlangsung damai saat anak-anak sekolah tiba. Demo itu membuat jam dimulainya belajar ditunda hingga pukul 10.00 pagi.

Polisi West Yorkshire mengatakan bahwa tidak ada denda atau penangkapan yang dilakukan.

Namun, juru bicara Departemen Pendidikan mengutuk protes yang dilaporkan diwarnai ancaman dan melanggar pembatasan COVID-19. "Protes itu sama sekali tidak dapat diterima," kata juru bicara tersebut tanpa disebutkan namanya, seperti dikutip The Guardian, Jumat (26/3/2021).

"Sekolah bebas untuk memasukkan berbagai masalah, ide dan materi dalam kurikulum mereka, termasuk yang menantang atau kontroversial, sesuai dengan kewajiban mereka untuk memastikan keseimbangan politik. Mereka harus menyeimbangkan ini dengan kebutuhan untuk mempromosikan rasa hormat dan toleransi antara orang-orang yang berbeda keyakinan, termasuk dalam memutuskan materi mana yang akan digunakan di kelas," lanjut juru bicara departemen itu.

Kibble memberi tahu para orangtua; "Sekolah sedang menyelidiki masalah ini menggunakan proses formal dan kami berterima kasih atas dukungan dari pihak berwenang setempat."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: