Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Andy Hopss: Rahasia Bangun Bisnis Cak Andy

KOL Stories x Andy Hopss: Rahasia Bangun Bisnis Cak Andy Kredit Foto: Instagram Andika Nanda
Warta Ekonomi, Jakarta -

Memikirkan ide yang cocok untuk dibuat bisnis memang gampang-gampang susah. Ada yang bilang kalau ide itu suka tiba-tiba datang ketika seseorang sedang ngobrol-ngobrol santai dengan teman bahkan ketika sedang bengong di WC.

Ide yang tepat bisa menghasilkan bisnis yang sukses juga. Namun, banyak yang harus diperhitungkan dalam memilih ide bisnis karena banyak juga para pebisnis yang awalnya sudah memiliki ide bagus, tetapi ujung-ujungnya gulung tikar hanya karena ide bisnis mereka tidak bisa bertahan di pasaran.

Baca Juga: Kol Stories x Ryan Filbert: Mending Jadi Investor Apa Trader Ya?

Oleh karena itu, sangatlah penting bagi orang yang ingin memulai bisnis untuk memiliki ide yang tidak hanya menjual saat ini saja, namun juga bisa tetap eksis hingga masa-masa yang akan datang. Jadi, sangatlah penting untuk memikirkan dengan matang ide bisnis yang akan dijalani agar bisnis berjalan dengan baik dan langgeng. 

Membangun bisnis itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi bukan berarti tak bisa dilakukan. Untuk itu, Warta Ekonomi mengundang Co-founder of Big Ben Course dan CEO of Britania Solution, Cak Andy yang telah sukses membangun bisnisnya.

Dari mana Cak Andy mendapatkan ide untuk memulai bisnis ini?

Jadi, saya awalnya tidak terpikir menjadikan ini semua sebagai sebuah bisnis. Memang dasarnya saya suka belajar Bahasa Inggris. Pada saat itu, saya berjualan ayam goreng di Kampung Inggris Pare. Kemudian saya berpikir bagaimana caranya agar ayam goreng saya laku. Akhirnya saya mencoba berjualan menggunakan Bahasa Inggris. Awalnya usaha saya ramai, tetapi lama-kelamaan pendapatan saya turun kemudian gulung tikar.

Bagaimana awal cerita membangun Big Ben Course dan Britania Solution?

Setelah usaha ayam goreng saya gulung tikar, saya memutuskan untuk menjadi tutor Bahasa Inggris di Pare. Akhirnya saya memutuskan untuk belajar di salah satu kursus di Pare, dulu namanya Faster English sebelum jadi Big Ben.

Jadi, pertama kali datang ke sana saya menjadi member untuk belajar Bahasa Inggris, dan setelah sudah mampu mengajar orang, saya kemudian bilang ke owner-nya untuk menjalin partnership. Akhirnya, saya diizinkan untuk mengajar di sana sehingga mulai saat itu saya menjadi tutor di Kampung Inggris Pare. 

Setelah dua tahun berjalan menjadi tutor di sana, kita ada ketidakcocokan dengan manajemen lama. Pada akhirnya kita mencoba membuat brand baru dengan salah satu partner saya. Jadi, kita bertiga membangun Big Ben Course ini dan memiliki job desc masing-masing, dan tugas saya adalah membangun company branding, jadi bagaimana caranya Big Ben Course ini bisa mendapat banyak eksposur dari internet.

Kedua, saya juga mengurusi bidang edukasi. Saat itu, saya merasa jika berjalan seperti itu, jangka panjangnya seperti apa? Apakah Big Ben hanya menjadi tempat kursus saja atau bisa dikembangkan lebih jauh lagi? Akhirnya kita mulai berpikir jika mulai dari sekarang kita tidak bisa berpikir idealis, tetapi juga profit.

Karena kita tidak bisa mengandalkan member saja, karena kita butuh makan. Oleh karena itu, kita mulai belajar bisnis, bagaimana cara menjalankan bisnis kursus Bahasa Inggris. Itu awal mula terbentuknya Big Ben Course.

Nah, untuk Britania Solution itu cukup menarik, karena saya kepikiran untuk membuat kelas online itu tahun 2018 akhir, karena saya ingin mengajarkan Bahasa Inggris ke masyarakat yang lebih luas. Jadi awalnya juga sama masih belum terpikir untuk dijadikan bisnis. Metode belajarnya saat itu menggunakan WhatsApp.

Akhirnya, saya berusaha buat konten di Instagram pribadi supaya orang bisa tahu lebih banyak dan mempromosikan kelas online tersebut. Saat itu fokusnya adalah bagaimana caranya bisa mendapatkan member sebanyak-banyaknya. Jadi, saya hanya mengumpulkan datanya saja. 

Setelah mendapatkan banyak member untuk kelas online tersebut, saya masih belum kepikiran menjadikannya sebagai sebuah bisnis. Saat itu saya melihat jika banyak member yang tidak serius dalam mengikuti kelas itu, sehingga saya yang capek sendiri. Mungkin orang mengira karena diadakan gratis, kita bisa bebas untuk tidak ikut kelas.

Sejak saat itu saya mulai mematok biaya untuk bisa mengikuti kelas online tersebut, agar peserta yang sudah membayar untuk kelas itu bisa komit dan serius dalam mengikuti kegiatan yang diadakan. Seiring berjalannya waktu, peserta semakin meningkat sehingga lambat laun saya mulai mencari teman, entah itu mentor, atau orang yang bisa desain grafis, marketing, dan sebagainya, sehingga pada akhirnya kita bekerja sebagai tim. Jadi, sejak saat itulah Britania Solution berkembang dari 2018 akhir hingga sekarang. 

Apa saja yang perlu dipersiapkan ketika mulai berbisnis?

Pertama, kita perlu mempersiapkan mental. Semua orang bisa berbisnis, tetapi apakah mentalitasnya sanggup untuk menjalankan bisnis tersebut. Karena kita tidak berbicara satu hari atau dua hari saja, melainkan dalam jangka panjang. Jadi ketika kita diatas, apakah kita bisa menjaga mentalitas itu, dan ketika berada dibawah, apakah kita langsung down?

Kedua adalah planning jangka pendek dan jangka panjang. Misalnya, kita ini bergerak di bidang pendidikan Bahasa Inggris. Sekalipun usaha kita bisa besar, apa yang bisa kita kembangkan berikutnya? Adakah pemasukan lain yang bisa kita manfaatkan supaya perusahaan ini bisa bertumbuh lebih tinggi lagi. Jadi, kita perlu menyiapkan mentalitas dan planning untuk jangka pendek dan jangka panjang.

Di saat pandemi ini, bagaimana cara Anda meramu bisnis supaya bisa bertahan?

Banyak orang yang terdampak akibat pandemi ini, terutama bisnis yang bergerak di bidang jasa pendidikan. Justru bagi kami, pandemi ini bisa menjadi kesempatan. Kenapa? Karena seperti yang kita tahu bahwa sebagian besar orang lebih menghabiskan waktu dirumah dibandingkan di luar rumah. Sekalipun mereka ingin belajar, mereka pasti belajar dari rumah.

Ini kesempatan dan menjadi tantangan baru. Mungkin sebelumnya metode marketing kita offline atau secara langsung. Sekarang, kita harus mengubah metode itu menjadi online, dimana kita harus belajar lebih tentang digital marketing. Pada akhirnya, kita genjot untuk belajar digital marketing dan langsung menerapkannya. Ternyata kita bisa mendapat hasilnya dan benar, pandemi ini adalah kesempatan kita.  

Menemukan sumber daya manusia yang tepat bukanlah hal mudah, bagaimana cara Anda mengantisipasinya?

Ada benarnya jika kita mencari partner atau teman kerja, itu sama saja dengan mencari teman hidup atau jodoh. Jadi memang harus cocok. Tidak ada formula khususnya, setiap perusahaan mempunyai treatment yang berbeda-beda ketika ingin meng-hire seseorang. Namun yang paling penting bagi saya adalah attitude, kemudian nomor dua adalah skill. Jadi saya tidak akan melihat seberapa bagus skill orang itu, tetapi yang saya utamakan adalah bagaimana manner, cara komunikasi, dan cara memperlakukan orang lain, apakah sesuai dengan visi dan misi perusahaan kita?

Namun bukan berarti skill tidak penting. Jadi attitude dan skill itu harus bisa balance. Jika tidak mempunyai skill yang bagus, setidaknya attitude-nya harus bagus. Karena skill bisa diubah dengan cara belajar, sedangkan attitude itu tidak.

Sedangkan jika berbicara tentang skill up, justru itu kebalikannya. Skill yang akan kita utamakan, sedangkan attitude bisa belajar seiring berjalannya waktu.

Apakah tantangan terberat yang pernah Anda alami selama membangun bisnis? Lalu bagaimana cara Anda bisa meredamnya?

Tantangan yang paling berat adalah strategi, karena disaat memulai bisnis, saya tidak tahu langkah yang harus diambil selanjutnya. Apalagi saya saat itu single fighter karena saya masih belum punya tim. Sedangkan jika kita ingin berwirausaha, setidaknya kita harus paham semua sektor yang kita kerjakan. Saat itu saya belum mengerti cara membuat website, cara marketing, desain, dan sebagainya.

Akhirnya saya mulai untuk belajar tentang digital marketingweb developmentcopywriting, desain, grow personal branding, semuanya saya lakukan. Itu butuh waktu, dan ketika menjalani masa-masa belajar itu adalah masa yang paling berat, karena bagi saya itu sulit.

Ada titik di mana saya ingin menyerah dan berpikir bahwa saya tidak bakat menjadi pengusaha karena ada banyak hal yang harus dipelajari. Kemudian saya ingat goals jangka panjang yang ingin dicapai itu seperti apa. Karena saya sudah pasang target tahun ini harus seperti apa. Jadi ketika saya ingat target itu, saya menjadi semangat, dan saya harus bisa mencapainya. 

Adakah pesan yang ingin disampaikan kepada para penonton yang sedang membangun bisnis?

Untuk teman-teman yang sedang stuck, tenang, kita semua sama. Saya juga pernah disituasi seperti itu, dan situasi tersebut akan tetap ada, kalau tidak sekarang, mungkin nanti. Karena bisnis itu tidak pasti ada naik dan turunnya. Untuk itu kita harus ingat, apa dedikasi yang ingin kita berikan?

Apakah Anda membuat bisnis tersebut hanya sekedar untuk mendapatkan uang dari profit atau ada hal yang lebih besar lainnya? Misalnya memberi manfaat bagi orang lain. Bayangkan kita punya satu produk saja di mana produk tersebut bisa mengubah hidup orang lain.

Kita pasti merasa bangga sudah bisa menghidupi satu orang, bagaimana jika produk tersebut bisa berpengaruh pada orang banyak. Secara tidak langsung kita sudah membantu orang banyak untuk bisa membantu hidupnya atau mencapai mimpinya. Jadi, kita harus punya goal yang lebih spesifik dan bagaimana caranya kita bisa mencapai itu.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: