Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bikin Kubu Netanyahu Gemetar! Partai Islam Curi Kursi Parlemen, Gebrak Pemilu Israel

Bikin Kubu Netanyahu Gemetar! Partai Islam Curi Kursi Parlemen, Gebrak Pemilu Israel Kredit Foto: Antara/Alex Kolomoisky/Yedioth Ahronoth/POOL via REUTERS
Warta Ekonomi, Tel Aviv -

Pemilu Israel membawa kejutan ketika sebuah partai Islam konservatif berhasil meraih kursi parlemen. Pemimpin partai itu kini muncul sebagai kingmakers bagi politik negara Yahudi tersebut.

Mansour Abbas dan partainya; Raam—tidak seperti kelompok politik Arab lainnya sebelumnya—tidak menutup kemungkinan bergabung dengan pemerintah Israel.

Baca Juga: Pemilu Israel, Netanyahu Klaim Ungguli Pemilihan Suara Sementara

"Kami siap untuk terlibat dengan kubu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atau para pesaingnya," kata Abbas kepada stasiun radio Israel yang dilansir AFP, Jumat (26/3/2021)."Saya tidak berada di saku siapa pun."

Pada hari Rabu, partai itu berada di jalur untuk memenangkan lima kursi di Knesset atau Parlemen Israel yang beranggotakan 120 orang, dengan sekitar 90 persen suara telah dihitung.

Pemilu Israel terbaru yang tidak meyakinkan tidak meninggalkan jalan yang jelas bagi Netanyahu atau saingannya untuk membentuk pemerintahan. Kondisi itu menyiapkan panggung untuk pembicaraan koalisi yang berlarut-larut.

Ketika rakyat Israel terakhir kali memberikan suara setahun lalu, partai Raam telah menjadi bagian dari aliansi "Daftar Gabungan" yang sebagian besar orang Arab. Namun aliansi itu retak awal tahun ini di tengah perpecahan ideologis antara Abbas dan mantan mitranya.

Abbas yang konservatif lama berselisih dengan faksi-faksi Arab Israel lainnya, termasuk mereka yang memiliki akar komunis.

Beberapa minggu sebelum pemungutan suara hari Selasa, Abbas menunjukkan keterbukaan untuk berurusan dengan Netanyahu, meskipun perdana menteri Israel tersebut telah menjelekkan orang Arab-Israel di berbagai titik melalui karier politiknya.

Tetapi Abbas berpendapat bahwa para pemimpin Arab memiliki tanggung jawab untuk bermitra dengan siapa pun yang berkuasa untuk mengatasi epidemi kejahatan yang mengguncang komunitas Arab.

Analisis oleh media setempat; Kan, menunjukkan bahwa kekuatan gabungan dari partai-partai pro-Netanyahu yang dideklarasikan adalah 52 kursi sementara mereka yang berusaha untuk mengakhiri pemerintahan panjangnya memperoleh 56 kursi.

Bagi Netanyahu, itu berarti mengamankan mayoritas 61 kursi dapat membutuhkan aliansi dengan mantan anak didiknya yang terasing, tokoh nasionalis religius Naftali Bennett—yang diproyeksikan akan mengontrol tujuh kursi—, serta dengan Abbas.

Aliansi seperti itu, bagaimanapun, akan diganggu oleh perpecahan yang pahit.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: