Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Duh! 2 WNI Jadi Korban Kedigdayaan Amerika yang Dihantam Badai Kekerasan Rasial

Duh! 2 WNI Jadi Korban Kedigdayaan Amerika yang Dihantam Badai Kekerasan Rasial Kredit Foto: Foto/Ilustrasi/Sindonews/Ian
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kasus kekerasan rasial yang meningkat di era Presiden Donald Trump ternyata masih terus berlanjut di Amerika Serikat yang saat ini dipimpin Joe Biden. Bahkan, aksinya makin menjadi-jadi. Teranyar, dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Philadelphia, turut menjadi korban. Mereka dikeroyok dan diperlakukan kasar oleh segerombolan remaja saat berada di stasiun kereta.

Sentimen anti-orang Asia meningkat setelah pandemi Covid-19 dan makin memanas jelang Pilpres AS lalu. Antara lain disebabkan omongan Trump yang menyebut pandemi Covid-19 gara-gara orang Asia.

Baca Juga: Kerusuhan Myanmar Bikin Ratusan WNI Terpaksa Angkat Kaki buat Mudik

Kabar dua perempuan WNI mendapat serangan rasial itu terjadi Minggu (21/3) malam. Menurut NBC, kejadian bermula saat dua WNI itu sedang menunggu kereta SEPTA di stasiun City Hall, Philadelphia. Saat sedang menunggu itu, tiba-tiba sekelompok remaja berjumlah lima orang mendatangi mereka dan mengeluarkan sumpah serapah.

Tak hanya mencaci, beberapa di antara mereka menampar dan memukul kepala. “Saya dan teman saya menangis. Tapi mereka malah memukul kepala saya beberapa kali sampai saya terjatuh,” ujar salah satu remaja WNI itu, dalam video yang ditayangkan NBC, kemarin.

Salah satu remaja WNI tersebut yakin perundungan itu merupakan bentuk serangan berdasarkan rasial. Pasalnya, saat itu ada sekitar 15-20 orang lain di stasiun, tapi hanya mereka yang menjadi target. Pihak SEPTA mengakui bahwa serangan berdasarkan rasialisme memang meningkat di stasiun-stasiun tempat mereka beroperasi.

“Kepolisian SEPTA juga terus berhubungan dengan aparat keamanan di seluruh negara untuk membahas cara terbaik guna mencegah kekerasan berdasarkan kebencian,” ujar Jubir SEPTA, Andrew Busch.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), bersama Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) New York mengaku masih berkoordinasi dengan aparat keamanan setempat untuk menyelidiki kasus pengeroyokan ini.

Jubir Kemenlu, Teuku Faizasyah mengatakan, pihak kepolisian menginformasikan, untuk sementara kasus ini dikategorikan sebagai tindakan harassment dan bullying.

Dia bilang, KJRI New York telah menghubungi perwakilan kantor Wali Kota Philadelphia untuk menyampaikan keprihatinannya serta meminta informasi mengenai tindak lanjut penanganan kasus itu.

“Polisi Philadelphia sedang menyelidiki rekaman CCTV kejadian dimaksud untuk menentukan apakah kasus ini bermotif rasial atau kebencian terhadap etnis tertentu,” imbuh Faizasyah.

KJRI New York dan perwakilan RI di AS lainnya terus mengingatkan WNI agar meningkatkan kehati-hatian atas kecenderungan meningkatnya xenophobia di AS.

Perlakuan rasis terhadap kaum Asia di AS memang makin menjadi-jadi. Menurut BBC, lonjakan pelecehan dan kekerasan terhadap warga Asia semakin meningkat tajam, sejak dimulainya pandemi Covid-19. Dalam beberapa bulan terakhir, ribuan kasus telah dilaporkan, mulai dari diludahi dan dilecehkan secara verbal hingga insiden penyerangan fisik.

Kasus yang paling menggemparkan adalah penembakan terhadap delapan orang keturunan Asia oleh pria berumur 21 tahun di tiga spa di sekitar Atlanta. Penyidik menyebut tersangka mengalami frustrasi.

Namun para pemimpin politik dan pendukung hak-hak sipil berspekulasi bahwa pembunuhan itu setidaknya sebagian dimotivasi oleh sentimen anti-Asia.

Presiden baru AS, Joe Biden dan Wapres Kamala Harris berupaya memperbaiki kondisi ini. Keduanya meminta semua penduduk AS bersama-sama melawan rasisme. Mereka melakukan pertemuan selama lebih dari satu jam dengan para pemimpin dan anggota parlemen negara bagian dari komunitas Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: