Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

12 Jenderal Besar Ramai-ramai Kecam Kelakuan Brutal Junta Militer Myanmar

12 Jenderal Besar Ramai-ramai Kecam Kelakuan Brutal Junta Militer Myanmar Kredit Foto: Reuters/Thar Byaw

Anak-anak menderita

Belakangan, junta memang kian berani melakukan penumpasan darah para pendemo dan bahkan warga sipil biasa yang tak mengikuti aksi protes. Diantaranya jatuhnya korban jiwa tertinggi Sabtu (27/3/2021) adalah anak-anak.

Di Mandalay, keluarga Aye Ko, ayah empat anak, memperingati kematiannya dalam sebuah pemakaman. Dia terbunuh dalam aksi keras junta Sabtu.

"Saya sangat sedih kehilangan suami saya - bersama dengan anak-anak saya, saya patah hati," kata istrinya, Ma Khaing dikutip laman Channel News Asia, Senin.

Teman bermain anak laki-laki berusia 13 tahun Sai Wai Yan terlihat menangis di atas peti matinya pada Minggu sore. Remaja malang itu ditembak saat bermain di luar rumahnya di Yangon.

Terlepas dari bahaya, para pengunjuk rasa kembali turun ke jalan pada Minggu (28/3/2021) di beberapa daerah di Yangon, termasuk Hlaing, Dawei, Bago, Myingyan dan Monywa. Media yang dikelola pemerintah mengkonfirmasi dua pria dan dua wanita tewas di Monywa pada Minggu. Laporan kematian juga tercatat di Myingyan. Petugas medis mengatakan, satu wanita tewas dan dua lainnya mengalami luka.

Di Hlaing, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun kehilangan tangan dalam ledakan ketika mencoba melempar granat yang dilemparkan pasukan keamanan ke pengunjuk rasa. Sehari sebelumnya, tindakan keras militer yang brutal terjadi di lebih dari 40 lokasi di seluruh negeri. Menurut the Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) wilayah Mandalay dan Yangon menyaksikan sebagian besar kematian.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan jumlah korban tewas pada Sabtu (27/3/2021) menjadi 107 orang, termasuk tujuh anak. Namun diperkirakan akan meningkat lebih lanjut.

"Tindakan memalukan, pengecut, dan brutal dari militer dan polisi yang telah difilmkan menembaki pengunjuk rasa saat mereka melarikan diri, dan yang bahkan tidak menyelamatkan anak-anak kecil harus segera dihentikan," kata utusan PBB Alice Wairimu Nderitu dan Michelle Bachelet dalam pernyataan bersama.

Direktur Eksekutif Badan Anak PBB (UNICEF) Henrietta Fore mengatakan, 10 anak dilaporkan telah ditembak dan dibunuh pada Sabtu (27/3/2021).

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: