Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: P&G, dari Opera Sabun hingga Konglomerat Produk Konsumen Global

Kisah Perusahaan Raksasa: P&G, dari Opera Sabun hingga Konglomerat Produk Konsumen Global Kredit Foto: AP Photo/Al Behrman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Procter and Gamble Company atau populer sebagai P&G adalah korporasi barang konsumen multinasional Amerika Serikat (AS). Perusahaan yang mengkhususkan diri dalam berbagai macam produk rumahan, kesehatan pribadi, kebersihan, dan lainnya ini adalah salah satu perusahaan raksasa yang terdaftar dalam Fortune Global 500.

Raksasa produk konsumen ini muncul lagi ke permukaan setelah reorganisasai besar-besaran tahun 2019. Prospek cerah terlihat di tahun 2020 setelah P&G sukses membukukan pendapatan dari perjualan mencapai 17,8 miliar dolar di kuartal pertama 2020. Secara keseluruhan, total pendapatannya mencapai 67,68 miliar dolar atau naik 1,3 persen. 

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Brookfield Asset, Konglomerat yang Bisa Alirkan Cuan Terus Menerus

Di capaian itu, peringkatnya dalam daftar Fortune turun dari 146 menjadi 156. Begitu pula dengan perolehan labanya yang merosot hingga 60 persen. Di tahun 2020 ini, P&G hanya meraup keuntungan 3,89 miliar dolar. 

Asetnya kini mencapai 115,09 miliar dolar. Sementara untuk total ekuitas sahamnya di angka 47,19 miliar dolar. Dengan begitu, nilai P&G di pasar tembus angka 324,87 miliar dolar.

Pengantar singkat tersebut akan membawa pada pembahasan perjalanannya. Untuk itu, akan Warta Ekonomi sajikan pada Selasa (30/3/2021) ini kisah P&G dalam artikel sebagai berikut.

Raksasa Procter and Gamble atau P&G dibentuk pada 1837 ketika seorang pembuat lilin bernama William Procter dan kawannya James Gamble, perajin sabun Irlandia melakukan langkah besar. Keduanya menggabungkan bisnis mereka di Cincinnati.

Kepindahannya ke Cincinnati bukan tanpa alasan. Sebab, keduanya tahu bahwa bahan utama untuk kedua produk tersebut adalah lemak hewani. Di Cincinnati sendiri, tersedia pusat pemotongan babi.

Selanjutnya di tahun 1858 dan 1859, penjualan perusahaan tersebut mencapai 1 juta dolar. Pada titik ini, kira-kira 80 karyawan bekerja untuk Procter & Gamble.

Selama Perang Saudara Amerika, perusahaan memenangkan kontrak untuk memasok Sabun dan lilin kepada Union Army. Selain peningkatan keuntungan yang dialami selama perang, kontrak militer memperkenalkan tentara dari seluruh negeri ke produk P&G.

Pada tahun 1880-an, P&G mulai memasarkan produk baru, sabun murah yang mengapung di air. Perusahaan itu menyebut sabun itu Ivory.

William Arnett Procter, cucu William Procter, memulai program bagi hasil untuk tenaga kerja perusahaan pada tahun 1887. Dengan memberi para pekerja saham di perusahaan, dia dengan tepat berasumsi bahwa mereka cenderung tidak akan mogok.

Perusahaan mulai membangun pabrik di lokasi lain di AS karena permintaan produk melebihi kapasitas fasilitas Cincinnati. Para pemimpin perusahaan juga mulai mendiversifikasi produknya. 

Sebagai respons, di tahun 1911, P&G mulai memproduksi Crisco, shortening yang terbuat dari minyak nabati dan bukan lemak hewani. Ketika radio menjadi lebih populer pada tahun 1920-an dan 1930-an, perusahaan mensponsori sejumlah program radio. Alhasil, acara-acara ini sering dikenal sebagai "opera sabun".

P&G memproduksi dan mensponsori drama serial radio pertama di tahun 1930-an. Dengan kebangkitan televisi pada 1950-an dan 1960-an, sebagian besar serial baru disponsori, diproduksi, dan dimiliki (20 seri) oleh perusahaan (termasuk The Guiding Light, yang dimulai sebagai serial radio, dan membuat transisi ke televisi berlangsung lama. 72 tahun).

Perluasan bisnis dilakukan. Perusahaan pindah ke negara lain, baik dalam hal produksi dan penjualan produk, menjadi perusahaan internasional dengan akuisisi tahun 1930 atas Thomas Hedley Company, yang berpusat di Newcastle upon Tyne, Inggris.

Setelah akuisisi ini, P&G memiliki Kantor Pusat Inggris di Hedley House di Newcastle upon Tyne, hingga baru-baru ini. Banyak produk dan nama merek baru diperkenalkan seiring waktu. P&G mulai bercabang ke area baru.

Perusahaan kemudian memperkenalkan deterjen laundry Tide pada tahun 1946 dan sampo Prell pada tahun 1947. Pada tahun 1955, P&G mulai menjual pasta gigi pertama yang mengandung fluoride, yang dikenal sebagai Crest.

Perusahaan membeli Charmin Paper Mills pada 1957. Ia lantas mulai memproduksi kertas toilet dan produk kertas lainnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: