Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Setahun Terakhir, CPOPC: 3 Faktor Pertimbangan Penguatan Harga CPO

Setahun Terakhir, CPOPC: 3 Faktor Pertimbangan Penguatan Harga CPO Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pergerakan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang terus menguat sejak Juni 2020 hingga saat ini, didorong oleh adanya gangguan pasokan di provinsi sentra sawit di dunia, terutama Indonesia dan Malaysia. Selain pasokan, kenaikan harga CPO tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya.

Melansir laporan yang diterbikan Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC), faktor iklim, kasus pandemi Covid-19 yang berdampak pada pembatasan aktivitas, serta masalah pekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia, menjadi sederet faktor yang menjadi pertimbangan penguatan harga CPO.

Baca Juga: Jelang Ramadan, Harga CPO Bikin Heran

Dalam laporan tersebut juga dicatatkan bahwa minyak sawit sebenarnya diuntungkan karena pasokan minyak nabati lainnya lebih rendah dari perkiraan, terutama minyak bunga matahari dan rapa, yang pada akhirnya memicu kenaikan tajam harga minyak nabati, yang lantas berdampak pula pada melonjaknya harga CPO. Meskipun pandemi Covid-19 mulai muncul di Indonesia pada awal tahun 2020 dan mendorong dilakukannya kebijakan pembatasan (lockdown) di sejumlah negara konsumen minyak sawit di dunia, tekanan tersebut hanya berlaku sesaat. Hal ini karena pada kuartal II-2020, negara-negara pengimpor utama minyak sawit mulai melakukan re-stock.

Selain itu, berkurangnya ketersediaan minyak goreng bekas dan lemak hewani akibat pandemi telah menyebabkan beberapa produsen biodiesel mengalihkan bahan bakunya ke minyak nabati, yang juga mendorong permintaan minyak sawit global. Pandemi Covid-19, catat CPOPC, tidak berdampak parah terhadap permintaan minyak nabati, termasuk minyak sawit. Alasannya, minyak nabati merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat dunia, baik yang digunakan sebagai bahan pokok pangan, bahan pembersih seperti hand sanitizer dan sabun, hingga bahan bakar terbarukan.

"Sejak dimulainya pandemi Covid-19, telah terjadi pergeseran perilaku konsumen yang sebelumnya makan di restoran, kafe, dan lainnya. Kini banyak rumah tangga memasak dan makan di rumah. Manfaat dari perubahan perilaku ini, konsumen akan mengganti minyak nabati mereka secara lebih teratur karena perusahaan menjual kemasan yang lebih kecil kepada konsumen sehubungan dengan permintaan yang lebih rendah dari restoran," demikian catat laporan CPOPC seperti dilansir dari InfoSAWIT.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: