Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kampanyekan Kesetaraan Gender, Amartha Gelar Investing in Women: Dobrak Stigma Perempuan

Kampanyekan Kesetaraan Gender, Amartha Gelar Investing in Women: Dobrak Stigma Perempuan Kredit Foto: Amartha
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pelibatan perempuan dalam ekonomi berpotensi meningkatkan kesejahteraan negara. Menurut Studi McKinsey Global Institut, jika perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam perekonomian, maka pada tahun 2025, PDB global dapat meningkat sebesar 28 triliun dolar AS, yang meningkat sekitar sepertiganya. Agar dapat mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan adanya dorongan dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan hal tersebut, yaitu dengan memberikan akses perempuan pada partisipasi  ekonomi dan edukasi kesetaraan gender.

Direktur Executive IBCWE, Maya Juwita, menyatakan salah satu upaya  untuk melibatkan perempuan dalam perekonomian adalah dengan memberikan kesempatan bekerja kepada perempuan. Data kesetaraan gender di Indonesia melansir dari KPPA, perempuan itu 30% kemungkinannya lebih rendah untuk bekerja dibandingkan laki-laki. Baca Juga: Garap Infrastruktur TI Universitas Negeri Gorontalo, Amarta Harap Tingkatkan Mutu Pendidikan

Hal ini disebabkan karena tanggung jawab domestik masih dibebankan kepada perempuan. Kemudian untuk Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan Indonesia hanya 53.13% sementara laki-laki berada di angka 82.41%. 

“Angka ini kalau dibandingkan (persentase laki-laki dan perempuan), bisa dibilang masih ada potensi 30% sebagai pembayar pajak. Jadi tingkat ekonomi negara juga akan naik apabila perempuan bisa kita berdayakan lebih tinggi lagi,” ujarnya dalam acara Amartha Impact Talk Vol.7 yang mengangkat tema Investing in Women: Mainstreaming Women Participation in The Economy, Selasa (30/03). 

Selain itu, untuk mendobrak stigma yang membatasi perempuan dalam beraktivitas dan berdaya dalam kehidupan sehari-hari harus ditafsirkan dengan benar terlebih dahulu. 

Kalis Mardiasih, penulis dan aktivis kesetaraan gender mengatakan dibutuhkan adanya edukasi kesetaraan gender dari lingkungan yang terkecil, yaitu keluarga sehingga dapat menyelesaikan persoalan mitos-mitos perempuan yang ada dalam budaya masyarakat saat ini. Dalam Islam,  ayat-ayat dimaksudkan untuk melindungi perempuan, bukan mendiskriminasi dan  mendomestifikasi perempuan. Saat ini, perlindungan tersebut perlu terus didorong dalam wujud dalam penegak hukum dan undang-undang, dan beragam kampanye kesetaraan gender.  Baca Juga: Menakar Potensi Fintech Pembiayaan Pendidikan, Pintek: Kuenya Masih Sangat Besar!

Kalis menambahkan, “Realitas yang kita punya adalah ternyata tenaga kerja perempuan jumlahnya meningkat hampir 50 juta orang, namun tidak menempati tingkat pekerjaan yang setara dengan laki-laki sehingga menyebabkan adanya gender gap. Perlu ada gerakan di level terkecil seperti desa bahwa perempuan bisa menjadi misalnya Ibu RT, Ibu RW, atau memimpin sebagai kepala desa”.

Sebagai salah satu perusahaan financial technology (fintech) yang fokus memberdayakan perempuan pengusaha mikro di pedesaan, Amartha turut mendorong kesetaraan gender dengan melibatkan perempuan pada kegiatan ekonomi dalam kampanye Investing in Women (berinvestasi pada perempuan). 

Aria Widyanto, Chief Risk & Sustainability Officer Amartha menyebutkan, “Seluruh Mitra (Peminjam) Amartha saat ini sebanyak 637,901 merupakan perempuan. Dengan memberikan akses kepada permodalan usaha, pendapatan rata-rata peminjam Amartha tumbuh antara 200% hingga 700% setelah bergabung dengan Amartha. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa pinjaman produktif dapat mendorong pendapatan informal di pedesaan. Saat penghasilan meningkat, konsumsi turut meningkat sehingga berdampak pada peningkatan perekonomian di desa," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: