Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengumuman, Ketika Dubes China Bikin Klarifikasi Tepis Berita Miring dari Xinjiang

Pengumuman, Ketika Dubes China Bikin Klarifikasi Tepis Berita Miring dari Xinjiang Kredit Foto: Flickr/TravelingMipo
Warta Ekonomi, Beijing -

Kedutaan Besar (Kedubes) China untuk Indonesia meluruskan pemberitaan yang tidak benar mengenai Xinjiang, dengan mengutip atau merilis laporan dari sebagian media Barat, yang beredar di Tanah Air. 

"Kami prihatin atas pemberitaan ini. Laporan itu tak hanya menyerang dan memfitnah China, tetapi juga menyesatkan publik Indonesia," demikian bunyi pernyataan resmi Kedubes China, Senin (5/5/2021).

Baca Juga: Habis Nike dan Adidas, China Peringatkan Banyak Bisnis Agar Hati-hati Soal Xinjiang

Terkait hal tersebut, Kedubes China menyampaikan sejumlah klarifikasi.

Pertama, Xinjiang adalah sebuah daerah otonom China, yang sepanjang sejarahnya merupakan tempat di mana beragam etnik, budaya, dan agama selalu hidup berdampingan.

Dalam beberapa puluh tahun terakhir, pembangunan ekonomi dan sosial di Xinjiang telah meraih pencapaian luar biasa. Xinjiang juga mengalami perkembangan signifikan di bidang etnik, agama, dan budaya.

Namun pada saat bersamaan, Xinjiang juga menderita akibat aktivitas separatisme, ekstremisme, dan terorisme.

"Hakikat dari isu-isu terkait Xinjiang adalah masalah penanganan terhadap separatisme, terorisme, dan radikalisasi. Ini sama sekali bukan masalah hak asasi manusia (HAM), etnik, atau agama," tegas Kedubes China.

Kedua, dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah kecil negara Barat memiliki motif politis untuk memusuhi China. Sehingga, menciptakan rumor bohong bahwa China melakukan apa yang disebut "penindasan etnik minoritas", "pembatasan kebebasan beragama", dan lain-lain di Xinjiang.

"Setelah gagal mencapai tujuan politis mereka, mereka selanjutnya merekayasa rumor bohong yang absurd dan sama sekali tidak berdasar, seperti "genosida", "pemandulan paksa", dan "kerja paksa" di Xinjiang," kata Kedubes China.

Namun, fakta tidak bisa dibantah. Dalam 40 tahun terakhir, jumlah penduduk etnik Uighur di Xinjiang meningkat dari 5,55 juta menjadi lebih dari 12,7 juta jiwa. Angka harapan hidup rata-rata etnik Uighur, juga meningkat dari hanya 30 tahun pada era sebelum 1960-an menjadi 72 tahun saat ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat pertumbuhan populasi etnik Uighur mencapai 25,04 persen. Lebih tinggi diibanding tingkat pertumbuhan populasi seluruh Xinjiang, yang besarnya 13,99 persen.

Ini tentunya jauh lebih tinggi dibanding tingkat pertumbuhan populasi etnik Han, yang hanya sebesar 2,0 persen.

Aspirasi dan kebutuhan para tenaga kerja dari semua etnik di Xinjiang, sepenuhnya dihormati. Mereka bebas memilih sendiri pekerjaan dan lokasi kerja mereka masing-masing.

Mereka juga menandatangani kontrak kerja legal dengan pihak perusahaan, sesuai prinsip kesetaraan dan kesukarelaan. Serta mendapatkan upah yang sepadan.

Sejak tahun 2018, berbagai perusahaan di Xinjiang maupun provinsi-provinsi lainnya di China, telah menyerap 151.000 surplus tenaga kerja dengan latar belakang keluarga miskin dari Xinjiang Selatan.

Para pekerja ini memperoleh pendapatan rata-rata tahunan sebesar 45.000 yuan (sekitar Rp 99 juta). Semuanya telah berhasil dientaskan dari kemiskinan.

Xinjiang memproduksi kapas berkualitas tinggi. Pemasukan dari sektor pemetikan kapas terbilang cukup besar. Tenaga kerja pemetik kapas menandatangani kontrak kerja atas dasar kesetaraan, kesukarelaan, dan kesepakatan.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemetikan kapas di Xinjiang telah memasuki era "Internet Plus". Memanfaatkan mekanisasi tingkat tinggi, dengan rasio mekanisasi dalam proses pemetikan kapas telah mencapai 70 persen.

Para petani kapas juga bisa memesan jasa pemetikan secara mekanis melalui aplikasi telepon seluler, bahkan tanpa perlu meninggalkan rumah.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: