Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pilpres 2024, Foto Anies-Gatot Bertebaran di Medsos Hingga Cak Imin Raih Restu Bos NU

Pilpres 2024, Foto Anies-Gatot Bertebaran di Medsos Hingga Cak Imin Raih Restu Bos NU Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pilpres 2024 memang masih lama, sekitar 3 tahun lagi. Tapi, seperti jauh di mata dekat di hati, obrolan soal siapa yang akan gantikan Presiden Jokowi nanti, sudah mulai ramai, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Tiap bulan, survei capres muncul. Di berbagai acara, ada saja tokoh yang disebut layak jadi capres. Beragam meme pasangan capres-cawapres juga sudah banyak bermunculan.

Menurut riset yang dikeluarkan sejumlah lembaga survei, ada sejumlah nama yang dianggap punya potensi maju di Pilpres 2024. Mereka adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno hingga Agus Harimurti Yudhoyono.

Baca Juga: Ganjar Unggul Di Survei, Belum Tentu Dicapreskan PDIP Karena Kesandung Puan

Di luar itu, ada juga nama-nama yang sudah pede mempersiapkan diri untuk bertarung di 2024. Salah satunya, Ketua Umum PKB, Abdul Muhaimin Iskandar atau yang selama ini akrab disapa Cak Imin. PKB bahkan sudah menyatakan siap memuluskan jalan Cak Imin ke Pilpres 2024.

Bahkan, ambisi politisi yang sekarang mempopulerkan namanya dengan sebutan Gus AMI itu, mendapat sambutan positif dari Ketua Umum PBNU, Kiai Said Aqil Siradj. Dalam peringatan Muktamar Pemikiran Dosen PMII pertama, di Tulungagung, Jawa Timur, kemarin, Said Aqil menyapa Gus AMI sebagai capres 2024.

“Yang saya hormati, Ketua Majelis Pembina IKAPMII (Ikatan Keluarga Alumni PMII) Gus Dr Abdul Muhaimin Iskandar, calon presiden tahun 2024,” kata Kiai Said di hadapan para peserta muktamar yang mengikuti acara secara daring.

Menanggapi panggilan dari bos NU itu, Cak Imin mengaku senang. Sebagai pimpinan partai, Cak Imin mengaku punya amanah untuk menjadi capres.

“Sebagai ketua umum (PKB) memiliki amanah untuk itu, tapi ya kita masih lama, yang penting kerja maksimal aja,” sambut Cak Imin.

Saat didesak sejumlah wartawan, Wakil Ketua DPR itu enggan menjelaskan kesiapan dari organ politiknya, khususnys PKB dalam menyambut Pilpres 2024. “Sudah ya,” singkatnya, sambil berlalu meninggalkan lokasi acara.

Meskipun Cak Imin masih malu-malu tanggapi ucapan Kiai Said, namun para kadernya di PKB justru antusias. Ketua DPP PKB, Daniel Johan menganggap sapaan capres dari Said kepada Cak Imin adalah doa.

“Karena yang mengucapkan Kiai yang juga ketua umum PBNU, kita anggap itu sebagai doa yang diaminkan segenap kader,” ucap Wakil Ketua Komisi IV DPR itu, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Hal senada juga dikatakan Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid. Dia bersyukur Said berkenan mendoakan bosnya sebagai capres 2024. “Alhamdulillah,” singkatnya.

Lain di dunia nyata, lain juga yang terjadi di dunia maya. Di Twitter, saat ini justru sedang rame foto Anies Baswedan-Gatot Nurmantyo sebagai pasangan capres-cawapres 2024.

Foto Anies-Gatot yang diunggah akun @zahrah40291660 mendapat atensi yang cukup baik dari netizen. Yang nge-like mencapai 4.308 dan terus beranjak ke bilangan yang lebih besar. Sedangkan yang nge-retweet sebanyak 2.353 orang. Tweet kutipan juga hampir menembus 100 pengguna Twitter.

Ketua DPP PKS, Bukhori Yusuf ikut berkomentar soal munculnya dukungan terhadap Anies-Gatot untuk Pilpres 2024. Menurutnya, Anies-Gatot merupakan pasangan yang ideal untuk maju di 2024. Namun, untuk memutuskan sekarang, kata dia, memang masih terlalu dini.

“Saya kira waktu merupakan sesuatu yang paling penting untuk dipertimbangkan. Sedangkan sekarang semua parpol masik wait and see,” katanya, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Loyalis Anies, Geisz Chalifah mengaku foto tersebut sudah beredar sejak tahun lalu. Namun, Anies selalu cuekin. “Dia hanya minta semua fokus pada pekerjaan dengan menuntaskan semua yang menjadi kewajiban,” ucap Geisz kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indobarometer, M Qodari menjelaskan kenapa tema capres selalu muncul dalam setiap survei. Pertama, survei bertemakan Pilpres menjadi kesukaan media. Kedua, konteks pemerintahan Indonesia menganut sistem presidensial.

“Ibarat hitam putih, masa depan negara ini ada di Presiden ke depan. Jadi tidak salah kalau publik ingin tahu siapa capresnya,” tutur Qodari, saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, kemarin.

Berikutnya, kata Qodari, proses pencarian capres itu memerlukan waktu yang cukup panjang. Alhasil, temuan survei bisa jadi cermin semua pihak termasuk calon yang disurvei. “Kita berharap pada gilirannya menghasilkan kandidat terbaik,” imbuhnya.

Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute, Karyono Wibowo memandang, survei elektabilitas capres yang saat ini mengemuka mesti disikapi secara bijak. Pasalnya, hasil survei ini bukan mencerminkan hasil akhir.

Dia bilang, tidak ada yang bisa melarang melakukan survei. Sebab, itu bagian dari ekspresi kebebasan berpendapat.

“Hasil survei saat ini hanya untuk memetakan peta dukungan capres pada kondisi sekarang. Dengan demikian, hasil survei yang dipublikasikan bukan hasil final,” terang Karyono, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Direktur Eksekutif Paramater Politik Indonesia, Adi Prayitno melihat nama-nama yang muncul di survei mesti kerja ekstra terutama untuk mendapatkan dukungan partai politik. Adi menegaskan, tak ada guna elektabilitas yang dimiliki Anies, Ganjar dan Ridwan Kamil jika tak bisa meyakinkan ada parpol yang siap untuk mengusungnya.

Apalagi, pada saat bersamaan, banyak muncul ketum parpol yang 99 persen bakal maju Pilpres 2024 untuk mengamankan suara pileg. Misalnya, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Muhaimin Iskandar.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurniasyah mengungkapkan, nuansa kontestasi pilpres menguat sejak 2014 lalu. Terutama karena adanya pengkondisian buzzer politik saat ini. Nah, fenomena inilah yang berkontribusi terhadap riuhnya politik Tanah Air. Ditambah lagi 2024 menjadi kontestasi baru karena munculnya tokoh-tokoh baru juga.

“Semangat kontestasi ini muncul lebih awal karena banyaknya tokoh potensial, sehingga nuansa perebutan popularitas menguat,” paparnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: