Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sekelompok Orang Masuk Bawa Senjata dan Peledak, Bikin 1.800 Narapidana Lepas

Sekelompok Orang Masuk Bawa Senjata dan Peledak, Bikin 1.800 Narapidana Lepas Kredit Foto: Reuters/Emmanuel Braun
Warta Ekonomi, Abuja -

Lebih dari 1.800 narapidana di sebuah penjara di Nigeria melarikan diri pada Senin (5/4/2021). Hal itu terjadi akibat adanya aksi penyerangan oleh sekelompok orang dengan menggunakan senjata dan bahan peledak.

Peristiwa itu terjadi di penjara Owerri di Negara Bagian Imo. Sekelompok orang tak dikenal merangsek dengan menenteng senjata serta bahan peledak. Baku tembak dengan petugas penjaga sempat terjadi.

Baca Juga: Navalny Ngaku Dibui yang Mirip Kamp Konsentrasi, Benarkah?

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa komando Negara Bagian Imo dari Layanan Pemasyarakatan Nigeria telah diserang oleh orang-orang bersenjata tak dikenal di Owerri," kata juru bicara layanan pemasyarakatan Imo, James Madugba, dikutip laman Al Arabiya.

Dia menyebut saat ini situasi telah terkendali. Maduga mengungkapkan jumlah narapidana yang melarikan diri belum dikonfirmasi. Namun, totalnya diprediksi lebih dari 1.800 orang. Dengan demikian, peristiwa tersebut menjadi salah satu pembobolan penjara terbesar di sana.

Presiden Nigeria Muhammadu Buhari menyebut penyerangan itu sebagai aksi terorisme. Dia mendesak pasukan keamanan menangkap para penyerang, termasuk tahanan yang melarikan diri.

Imo adalah negara bagian di Nigeria yang telah lama menjadi sarang kelompok separatis. Ketegangan antara otoritas federal dan penduduk asli Igbo sering kali tinggi. Belum lama ini gerakan separatis Masyarakat Asli Biafra (IPOB) mengunggah sebuah video di media sosial. Video itu memperlihatkan puluhan anggotanya sedang menjalani pelatihan.

Namun, IPOB membantah terlibat dalam serangan penjara di Imo. Seruan untuk memisahkan negara bagian Biafra adalah topik sensitif di Nigeria. Hal itu terjadi setelah deklarasi kemerdekaan sepihak dari pemerintahan Inggris pada 1967 memicu perang saudara yang brutal selama 30 bulan. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: