Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Setrum Listrik Engie, Bikin Taipan Prancis Dulang Cuan USD67 M

Kisah Perusahaan Raksasa: Setrum Listrik Engie, Bikin Taipan Prancis Dulang Cuan USD67 M Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Engie SA adalah perusahaan utilitas listrik multinasional Prancis, yang berkantor pusat di La Defense, Courbevoie. Namanya terdaftar dalam daftar perusahaan raksasa Fortune Global 500 tahun 2020 dengan bidang transisi energi, pembangkit listrik, distribusi listrik, gas alam, nuklir, energi terbarukan, dan minyak bumi. 

Kunci finansial perusahaan Engie di tahun 2020 sedikit menurun. Pendapatan totalnya di tahun ini merosot 9,3 persen menjadi 67,22 miliar dolar AS dari sebelumnya di angka 74,14 miliar dolar. Dari capaian ini, posisi Engie dalam daftar tersebut merosot dari posisi 126 menjadi peringkat 159 di tahun ini.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: China Telecom, Telkomselnya Tiongkok dengan Cuan USD1,80 M Setahun

Perusahaan juga mendapatkan penurunan dalam keuntungannya sebesar 9,7 persen. Engie mendapat laba 1,10 miliar dolar di tahun tersebut.

Di sisi lain asetnya masih sehat di angka 179,35 miliar dolar. Yang lain lagi seperti ekuitas sahamnya tercatat di angka 37,13 miliar dolar.

Untuk lebih jauh, akan diulas kisahnya oleh Warta Ekonomi pada Rabu (7/4/2021) dalam artikel berikut ini.

Mula-mula, Engie memiliki latar belakang pada perusahaan GDF Suez. Suez adalah salah satu perusahaan multinasional tertua yang berasal dari tahun 1822. Pendirinya adalah korporasi belanda Algemeene Nederlandsche Maatschappij ter beginstiging van de volksvlijt atau Perusahaan Belanda Umum untuk mendukung industri di bawah Raja William I dari Belanda. 

Asal usul nama Suez terkait dengan Terusan Suez. Saat 1858 perusahaan Compagnie universelle du canal maritime de Suez membangun Terusan Suez.

Selain Suez, leluhur Engie lain adalah Gaz de France. Korporasi ini beridiri pada 1946 bersama dengan saudaranya Électricité de France (EDF) oleh Pemerintah Prancis. Setelah liberalisasi pasar energi Eropa, Gaz de France juga memasuki sektor kelistrikan, setelah mengembangkan penawaran gabungan gas alam-listrik.

Lebih lanjut, pada 25 Februari 2006, Perdana Menteri Prancis Dominique de Villepin mengumumkan penggabungan penyedia dan pengolahan air, pengelolaan limbah dan perusahaan energi Suez dan perusahaan listrik Gaz de France. Tujuannya untuk menciptakan perusahaan gas alam cair terbesar di dunia.

Pasalnya, Prancis memiliki lebih dari 80 persen kepemilikan Gaz de France, maka perlu untuk mengeluarkan undang-undang baru untuk memungkinkan merger. Namun sayang, Rencana merger antara Gaz de France dan Suez mendapat kecaman dari seluruh politik kiri.

Alasannya kelompok kiri khawatir kehilangan salah satu cara untuk mencegah kenaikan harga. Ide ini pun kemudian didukung oleh sosialis Gaullist dan Serikat Buruh. 

Pada Agustus 2006, oposisi sayap kiri mengajukan 137.449 amandemen yang memecahkan rekor atas undang-undang yang diusulkan. Di bawah prosedur normal, parlemen akan diminta untuk memberikan suara pada amandemen, yang akan memakan waktu 10 tahun.

Undang-Undang Nomor 2006-1537 tanggal 7 Desember 2006 tentang sektor energi mengesahkan privatisasi Gaz de France. Pada 3 September 2007, Gaz de France dan Suez mengumumkan kesepakatan merger, berdasarkan pertukaran 21 saham Gaz de France untuk 22 saham Suez melalui penyerapan Suez oleh Gaz de France.

Berbagai kepemilikan Gaz de France dan Suez harus divestasi untuk memenuhi kekhawatiran Komisaris Eropa untuk persaingan. GDF setuju untuk menjual sekitar 25 persen sahamnya di produsen listrik Belgia SPE seharga 515 juta euro.

Di samping itu, GDF Suez, yang muncul pada 22 Juli 2008, menjadi utilitas terbesar kedua di dunia dengan pendapatan tahunan lebih dari 74 miliar euro. Kesepakatan tersebut menghasilkan konversi dari 80 persen saham negara Prancis di GDF menjadi lebih dari 35 persen saham perusahaan baru.

Pada 24 April 2015 GDF Suez mengumumkan perubahan namanya menjadi Engie. Ini dimaksudkan untuk upaya memperluas jejak internasional perusahaan.

Pada Juli 2015, Engie mengakuisisi 95 persen Solairedirect, meningkatkan produksi fotovoltaiknya dari 125 menjadi 486 MW. 

Pada 2 Maret 2017, Engie mengakuisisi Keepmoat Regeneration seharga 330 juta euro untuk membentuk divisi tempat dan komunitas, yang dipimpin oleh mantan CEO Keepmoat LTD, Dave Sheridan. Divisi baru ini difokuskan pada tiga aktivitas utama; energi, layanan, dan regenerasi.

Pada April 2019, Engie mengumumkan akuisisi 90 persen Transportadora Associada de Gás (TAG), pemilik sistem transmisi gas alam terbesar di Brasil (pipa sepanjang 2.800 mil, 47 persen dari infrastruktur gas negara), senilai 7,7 miliar euro. 

Ini adalah akuisisi terbesar sejak International Power pada tahun 2010. Operasi ini memungkinkan Engie untuk mengembangkan infrastruktur energi poros strategisnya serta di Brasil, salah satu negara prioritas.

Engie dipimpin dari 2016 hingga 2020 oleh Isabelle Kocher, yang telah mengubah perusahaan secara kuat sejak 2016.

Sejak 14 Mei 2020, Dewan Direksi Engie telah menyetujui pernyataan tujuannya yaitu "bertindak untuk mempercepat transisi menuju ekonomi netral karbon, melalui pengurangan konsumsi energi dan solusi yang lebih ramah lingkungan".

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: